Tari Cepet Kebumen: Kesenian yang Terus Hidup di Era Modern

Tari Cepet (baca huruf “e” pada kata Cepet seperti membaca pada kata bebek) merupakan kesenian tradisional asli Kebumen. Masyarakat Kebumen biasa menyebutnya dengan Cepet atau Cepetan Alas. Nama Cepetan Alas berasal dari kata “Cepet” menurut cerita masyarakat Kebumen, Cepet adalah sosok makhluk halus yang dipercaya akan menculik manusia pada saat hari menjelang gelap dan membawanya ke alam lain, dan “Alas” yang berarti hutan dalam bahasa Jawa. Tari Cepet berasal dari daerah Karangganyam Kebumen, kesenian ini muncul sebagai bentuk perlawanan non-fisik terhadap pegawai Hindia Belanda pada abad 19. Pada masa itu, warga setempat menggunakan tarian dan topeng untuk menakut-nakuti pemilik perkebunan Belanda agar meninggalkan kawasan onderneming atau perkebuman luas milik Hindia Belanda.

Dalam pertunjukannya, para penari mengenakan topeng kayu pule berhiaskan ijuk sebagai rambut, serta kostum serba hitam lengkap dengan ikat pinggang dan jarit. Penampilan ini diperkuat oleh iringan musik gamelan yang menambah suasana mistis dan unik. Tari Cepetan dibagi menjadi 5 adegan yaitu pambuka, babad, jejer, kiprah, dan ndem-deman. Meskipun awalnya disajikan dengan unsur magis, termasuk kesurupan sebagai bagian dari pementasan, seni Cepetan Alas kini bertransformasi menjadi seni pertunjukan modern. Kesenian ini tidak lagi terbatas pada desa-desa, tetapi juga tampil di pusat kota Kebumen sebagai hiburan bagi masyarakat luas.

Di era yang serba modern ini, Tari Cepetan Alas Kebumen tetap berdiri tegak sebagai simbol kekuatan budaya lokal. Melalui upaya pelestarian yang konsisten, tarian ini akan terus dikenal dan dihayati oleh masyarakat luas. Tari Cepetan Alas bukan hanya tarian, tetapi juga representasi kebanggaan masyarakat Kebumen yang berharap agar tradisi ini akan terus lestari sepanjang masa.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *