Laki-laki berdarah Jawa kelahiran Pekalongan, 22 Agustus 2002 ini memiliki nama lengkap Gilang Nanda Permana Widodo dan akrab dengan sapaan Gilang atau Nanda. Gilang mempunyai segudang prestasi yang lahir sejak Sekolah Dasar sampai dirinya menempuh Perguruan Tinggi.
Prestasi yang telah diraihnya pun tak luput dari berbagai perjuangan yang harus dirinya terjang. Saat SD, Gilang mengatakan bahwa dirinya sering di-bully oleh teman sekolahnya sehingga saat itu Gilang hanya mempunyai sedikit teman. Gilang sudah menyukai kompetisi sejak sekolah dasar, dirinya sudah mengikuti Kompetisi Sains Nasional, FLS2N. kemudian saat kelas empat SD, Gilang pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke Banyumas selama satu semester. Dari program tersebut Gilang sadar bahwa dirinya tak boleh menjadi korban bully terus-terusan.
“Kan pendidikan mental juga ya di situ, aku benar-benar sadar kalau misal oh ternyata aku ngga bisa loh gini terus, aku harus speak up gitu. Tapi, ya, tetep aja gitu masih ada yang nge-bully, tapi perlahan aku mulai ngga peduli,” tutur Gilang kepada JejakPersepsi lewat voice note Instagram.
Di SMP pun Gilang mengaku masih sering di-bully, tetapi Gilang mulai tidak memperdulikan hal tersebut dan memilih fokus untuk mengembangkan dirinya. Gilang mencoba untuk bergabung dengan beberapa organisasi dan esktrakurikuler di sekolahnya seperti OSIS, Paskibra, dan Pramuka. Selain itu, saat SMP Gilang juga mengikuti Olimpiade Sains Nasional dan Kawah Kepemimpinan Pelajar Nasional 2016 yang diselenggarakan di Solo. Dari situlah Gilang semakin sadar dan termotivasi bahwa dirinya mempunyai kapasitas diri untuk berkembang.
Dilansir dari voice note DM Instragram, Gilang mengatakan bahwa jiwanya adalah jiwa kompetitif bukan karena untuk kepuasaan dirinya, tetapi untuk membuktikan dan membungkam orang-orang yang pernah mem-bully dirinya.
Prestasinya terus mengalir sampai Gilang menginjak SMA, tepatnya di SMA N 1 Bojong, Pekalongan. Saat SMA, Gilang kembali mengikuti berbagai organisasi dan perlombaan. Gilang mengikuti Olimpiade Sains Nasional di bidang kimia, Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar, kemudian saat kelas sebelas, Gilang diamanahi menjadi ketua OSIS, dan ketua PMR SMA N 1 Bojong. Dirinya kemudian mengikuti seleksi duta wisata Pekalongan, yang mana pada awalnya Gilang merasa tidak percaya diri, namun dengan berbekal tekad yang kuat akhirnya Gilang dinyatakan lolos seleksi. Tak berhenti di situ, saat kelas dua belas, dirinya mengikuti berbagai lomba seperti lomba membuat video edukasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbud, Lomba Duta Genre Kabupaten Pekalongan dan berhasil meraih Juara Satu Putra.
Tak hanya aktif di berbagai perlombaan, Gilang juga aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, salah satunya saat pandemi covid-19 melanda 2020 lalu. Berawal dari melihat kurangnya kepedulian masyarakat di desanya terhadap pendidikan, Gilang dan ketiga temannya mencoba membuka les gratis untuk anak-anak desa tersebut yang akhirnya banyak peminatnya.
“Karena mungkin dilirik ya sama desa, jadi aku audiensi lah sama pemerintah desa dan akhirnya aku berhasil ngebuat satu perpustakaan desa namanya Perpustakaan Panuntun. Itu bisa di cek di Ignya, ada loh. Perpustakaan Panuntun sampai sekarang masih berdiri dan udah lanjut ke generasi ketig atau keempat gitu dan aku salah satu pendirinya,” jelasnya.
Memasuki masa pendaftaran SNMPTN, orang tua Gilang awalnya tidak mengizinkannya untuk berkuliah dan menyuruhnya untuk bantu-bantu keluarga saja. Namun, Gilang dengan tekadnya yang kuat untuk berkuliah akhirnya tetap mendaftar SNMPTN di Fakultas Kedokteran Unsoed dengan berbekal berbagai piagam, salah satunya Piagam Juara Satu Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Provinsi. Terkadang rasa kurang percaya dirinya muncul saat Gilang menyadari bahwa dirinya bukan berasal dari SMA Favorit dan juga tidak ada alumni yang pernah masuk ke FK Unsoed. Di samping mendaftar SNMPTN, Gilang juga mendaftar beberapa beasiswa untuk membantu pembiayaan perkuliahannya. Tibalah saat hari pengumuman SNMPTN tiba, Gilang dinyatakan lolos di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Unsoed. Tentunya Gilang sangat bersyukur atas hal tersebut, namun dirinya pada saat itu belum berani memberitahu orang tuanya karena saking takutnya dan saat H+3 pengumuman SNMPTN, Gilang baru memberitahu orang tuanya bahwa dirinya lolos SNMPTN dan dua beasiswa yang membuatnya tidak membayar uang kuliah sepeser pun sampai sekarang semester enam.
Keinginan untuk selalu mengembangkan dirinya terus Gilang tekuni hingga dunia perkuliahan. Saat kuliah, Gilang juga sering mengikuti berbagai lomba, seperti lomba menulis esai, lomba penyiar radio, dan lomba reportase. Saat semester dua, Gilang dinobatkan menjadi Juara Tiga Putra Duta Genre Berencana Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.
“Alhamdulillah, kalau engga juara satu, juara dua, ya, juara tiga gitu sering dapet,” ujar Gilang dengan penuh nada syukur.
Gilang menyebutkan bahwa ia pernah iseng mengikuti seleksi Mahasiswa Berprestasi FK Unsoed. Meskipun berbekal keisengannya, Gilang tetap menjalani seleksi tersebut dengan serius, “Aku adalah orang yang minder, aku kira aku enggak bakal juara satu, paling, ya, masuk tiga besar doang lah udah syukur. Waktu pengumuman tiga besar aku lolos, berarti harus presentasi gitu, kan. Terus setelah itu, kayak, yaudah aku lakuin semuanya yang aku bisa, bahasa Inggris sebisa aku terus KTI sebisa aku gitu, dan Alhamdulillah aku keluar sebagai juara satu dan itu tidak menyangka banget gitu loh,” kata Gilang dalam wawancara virtual dengan JejakPersepsi, Minggu (05/05/2024).
Setelah menjadi juara satu Mahasiswa Berprestasi FK Unsoed yang dilaksanakan pada Sabtu, (09/03/2024), Gilang kembali maju menjadi perwakilan Fakultas Kedokteran pada seleksi Mahasiswa Berprestasi tingkat Universitas dan lagi-lagi usahanya membuahkan hasil, dirinya dinyatakan lolos dan saat ini sedang mempersiapkan diri untuk seleksi tingkat Provinsi.
“Aku mohon doanya mungkin, ya. Mau lanjut ke tingkat Provinsi buat maju ke wilayah, kan wilayah dulu baru nasional. Semoga, ya, ini rezekiku lagi,” ujar Gilang.
Saat ditanya tips agar dapat selalu ingin mengembangkan diri, Gilang pun menjawab, “Intinya menurutku setiap orang itu sama, yang membedakan adalah perjuangannya sih. Selalu lakuin yang terbaik, ibaratnya enggak akan ada hari esok, tapi kalo ketemu sama kegagalan inget lagi kalimat apa yang udah jadi takdirmu enggak bakal jadi milik orang lain.”
Kecintaanya terhadap dunia kompetisi bukan hanya sekadar untuk membungkam orang-orang yang pernah merundungnya, tetapi Gilang juga berharap kedepannya dirinya dapat selalu memotivasi banyak orang agar selalu mempunyai keinginan untuk terus berkembang dan belajar, “yang jelas ayo mulai, jangan nunggu sempurna buat berubah. Intinya kita enggak pernah tahu apa yang ada di depan kalau kita enggak maju ke depan,” tutupnya.