Dari Kota Palu hingga kancah internasional, perjalanan perempuan bernama Ana Falfana atau kerap dipanggil Nana, membuktikan bahwa takdir bisa diukir dengan tekad dan kerja keras. Perempuan kelahiran tahun 2005 ini tak pernah berhenti menginspirasi. Mulai dari menjadi Duta GenRe hingga menjadi delegasi pertukaran pemuda ke Amerika Serikat yang didanai pemerintah Amerika. Kisahnya adalah bukti nyata bagaimana seseorang bisa memberikan banyak manfaat bagi orang lain.
Putri seorang anggota TNI ini tumbuh berpindah-pindah mengikuti penugasan ayahnya. Ia bersekolah di SDN 13 Biru, Bone; SMPN 1 Bone; lalu melanjutkan ke SMAN 1 Palu. Dari masa kecilnya, Nana mengaku tidak pernah merasa menjadi pusat perhatian. “I never be the one,” ujarnya mengenang. Dari perasaan itu, lahirlah tekad untuk suatu saat menjadi pemeran utama dalam hidupnya sendiri. “Aku pengen banget ngerasain kaya gimana aku jadi pemeran utama. Nah, sampai aku sadar bahwa orang lain itu ga bisa mewujudkan itu untuk aku, aku harus wujudin itu sendiri,” ujar Nana saat wawancara, Minggu (31/8/2025).
Langkah pertamanya dimulai di bangku SMP. Nana terpilih sebagai Juara 1 Putri Pendidikan Kabupaten Bone. Dari situlah ia tertarik pada public speaking, mulai aktif dalam berbagai lomba dan organisasi. Selanjutnya, saat SMA, ia memperluas kiprahnya melalui debat Bahasa Indonesia dan Inggris, serta mengikuti Duta Generasi Berencana (GenRe).
Pada tahun 2022, Nana berhasil menjadi Duta GenRe tingkat Provinsi Sulawesi Tengah. Setelah itu, ia juga sukses meraih Juara 3 Duta GenRe Nasional. Melalui GenRe, ia terjun ke desa-desa memberi edukasi tentang stunting, pernikahan, dan persiapan berkeluarga. “Di GenRe kita percaya keluarga yang bagus ga dibangun ketika kita ijab kabul, tapi itu jauh diciptakan sejak kita masih remaja dan kita belajar jadi orang tua yang baik seperti apa, jadi pasangan yang baik itu seperti apa,” katanya.
Kesempatan yang lebih luas datang dari luar negeri. Pada tahun 2025, Nana lolos dalam YSEALI AFP (Young Southeast Asian Leaders Initiative Academic Fellows Program) ke Amerika Serikat. YESEALI AFP merupakan program pertukaran pemuda untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan generasi muda di Asia Tenggara. Program ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk membangun jejaring internasional dan berkontribusi dalam masyarakat. Lewat program tersebut, ia bertemu pemuda dari berbagai negara yang membawa beragam ide inovatif untuk masyarakat.

Saat ini, mahasiswi semester tiga Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) itu juga menjadi Kepala Sekolah Bhinneka Ceria, sebuah komunitas sekolah rakyat di Purwokerto yang sempat vakum. Nana dan tim Bhinneka Ceria menyalurkan beasiswa sebesar Rp50 juta untuk mendukung program kerja mahasiswa UNSOED, mulai dari English Fun Learning di desa, pertanian modern dengan sistem nutrisi otomatis, hingga Astaradaya, yaitu program bantuan listrik bagi desa yang kekurangan penerangan.

Perjalanan Nana mengemban misi sosial tidak selalu berjalan mulus. Tantangan terbesarnya justru datang dari masyarakat yang ingin ia bantu. Misalnya, mengedukasi tentang bahaya pernikahan dini sering kali berbenturan dengan budaya lokal yang menganggap pernikahan dini adalah hal wajar. Di sisi lain, bantuan pangan untuk ibu hamil, seperti telur dan roti, kerap kali tidak sampai ke tangan yang seharusnya.
“Itu tantangan-tantangan yang cukup sulit karena itu di luar kendali kita, tapi bagaimanapun saya percaya bahwa langkah-langkah kecil ini bisa tetap berdampak dan tidak mau fokus ke orang-orang yang tidak bisa menghargai usaha orang lain,” ucap Nana.
Di tengah berbagai rintangan, Nana menyimpan satu mimpi besar: membangun sekolah untuk anak-anak yang kesulitan mengakses pendidikan. Baginya, pendidikan adalah hak asasi manusia yang fundamental, tetapi di masa kini masih dianggap sebagai kemewahan bagi segelintir orang.
Motivasi Nana mengakar kuat dari pesan sang ibu, “Hidup kita harus menjadi berkah untuk banyak orang.” Pesan ini yang mendorongnya untuk terus bergerak dan menginspirasi. “Coba ambil kalau ada kesempatan. Kalau ada hal yang pengin kamu coba, lakuin aja. Urusan salah, gagal, itu urusan belakang, karena justru kalau kita ga salah, kita ga gagal, kita ga akan tahu,” ujarnya.
Dari Palu hingga Amerika, dari desa hingga kota, Nana membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi pemeran utama dalam hidupnya sendiri, sekaligus mengedukasi banyak orang di sekitarnya.
Editor: Zahra Jerolin Hanifah