DEDIKASI PELATIH KARATE PEMBENTUK PEMENANG: PERJALANAN, DISIPLIN, DAN PRESTASI

Dokumen Pribadi Achten Nungki Alfa Sanatullah

Achten Nungki Alfa Sanatullah, yang kerap disapa Sensei Achten pemilik sekaligus pelatih karate sebuah dojo sederhana di Kabupaten Banjarnegara bernama Dojo Alpha. Dojo sederhana yang berhasil membawa atletnya ke panggung prestasi, saksi bisu adanya sebuah perjuangan. Suara hentakan kaki dan komando pelatih bergema sebagai denyut nadi pembinaan. Semua prestasi yang ditorehkan para atlet tak lepas dari hasil kerja keras dan telaten seorang pelatih yang tak kenal lelah.

Achten telah mengakrabi karate sejak kecil. “Mulai ikut latihan dari umur 4 tahun”, kenangnya, menegaskan bahwa benih prestasi sudah ditanam sejak usia dini. Bakat prestasi ini sudah diturunkan dari ayahnya yang juga merupakan seorang pelatih karate, Sensei Sugiarto. Jejak prestasinya sebagai atlet tidak bisa dipisahkan dari kerja keras bertahun-tahun: kemenangan di POPDA Jawa Tengah, O2SN Jawa Tengah, serta Juara Semar Cup Open membuka jalan baginya ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Achten, “Proses itu diawali dari hasil juara POPDA tingkat provinsi, juara O2SN tingkat provinsi, dan juara di Semar Cup Open. Setelah itu dipanggil menjadi salah satu anggota di tim Pelatda Jateng dalam rangka persiapan kejuaraan Pra-PON dan berlanjut ke POMNAS”. Prestasi-prestasi yang ditorehkan berhasil membawanya bergabung dengan Tim Pelatda Jawa Tengah, sebuah pengalaman yang mengasah kualitasnya sebagai atlet professional.

Perjuangan dan kesungguhannya menjadi pelatih sangatlah tidak mudah, bahkan ketika menjadi bagian dari Tim Pelatda Jawa tengah, ia selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke Banjarnegara dan melatih atletnya. Tidak berhenti disitu, setelah menorehkan prestasi termasuk raihan juara pada PorProv 2023 di Pati, Achten memilih pulang kampung. Keputusan itu lahir dari dorongan untuk membangun prestasi di daerahnya sendiri. “Setelah juara PorProv 2023 di Pati, saya memutuskan pulang kampung karena banyak adik-adik di Banjarnegara yang menunggu untuk latihan. Lebih tepatnya, ada keinginan untuk membangun prestasi yang lebih tinggi untuk karate di Banjarnegara,” ujarnya. Keputusan mulia inilah yang berhasil membawa para atletnya ke gerbang prestasi.

Achten yang melatih atletnya dengan beragam usia mulai usia dini hingga senior (TK hingga perguruan tinggi). Hal itu tentu tidak mudah, tetapi ia mampu menciptakan atlet yang berprestasi dari tingkat provinsi sampai nasional. Sebagai pelatih, Achten menegaskan pentingnya perencanaan yang jelas. Ia merancang program latihan dengan target yang terukur dan berkelanjutan, karena menurutnya, “Dengan program dan target yang terukur, itu menjadi kunci dalam melakukan pembinaan prestasi dalam karate di Banjarnegara.” Pendekatan ini ia terapkan secara sistematis melalui seleksi atlet, periodisasi latihan, simulasi pertandingan hingga evaluasi pasca-kompetisi.

Metode pembinaan prestasi yang diterapkan Achten sangatlah kreatif. Tidak hanya dirinya yang melatih, ia juga berhasil menerapkan variasi latihan. Misalnya dengan program latihan bersama dengan dojo lain di luar Banjarnegara dan Tim Pelatdanya yang pernah ia ikuti. Tidak hanya itu Achten biasanya menerapkan pelatihan pertandingan try out sebelum memulai pertandingan yang ditargetkannya, misalnya dengan mengikuti pertandingan kejuaraan daerah, kejuaraan provinsi, dan kejuaraan open lainnya. Hal ini dilakukannya dengan tujuan melatih mental atlet agar siap bertanding.

Menurut Achten atlet yang ingin berprestasi di tingkat provinsi minimal harus latihan enam jam per hari dan atlet yang ingin berprestasi di tingkat nasional harus lebih dari itu. Maka dari itu Achten mempersiapkan atletnya dengan matang satu bulan sebelum mengikuti pertandingan tingkat provinsi dan dua hingga tiga bulan sebelum mengikuti pertandingan tingkat nasional. Namun nyatanya di lapangan, tantangan pembinaan kerap muncul dari aspek non-teknis. Achten menyebut kendala utama adalah disiplin, “Kendala utama adalah faktor disiplin dalam latihan. Cara mengatasi faktor itu dengan memberikan semangat support pada saat latihan dan memberikan contoh kepada atlet dengan disiplin dalam berlatih,” ujarnya. Dengan memberi teladan dan dukungan terus-menerus, ia membentuk kultur latihan yang konsisten.

Kesiapan atlet ketika akan bertanding menjadi kunci dari kesuksesan. Kesiapan ini dinilai dari performa nyata. Achten menilai kesiapan melalui kemampuan eksekusi teknik dan kesiapan mental di bawah tekanan pertandingan. “Kriteria atlet siap bertanding adalah dilihat dari perform atlet. Untuk persiapan dalam melatih atlet supaya berprestasi focus kepada attitude dan teknik baku karate,” tegasnya,. Tidak hanya mental atlet dan teknik yang baik, tetapi sikap juga termasuk cara agar atlet berprestasi. Sikap yang dimaksud yaitu hormat dan menghargai pelatih dengan ditunjukkan melalui kedisiplinan, konsisten latihan, menjaga tutur kata, menambah bushido (semangat dari dalam tubuh), dan tidak menyepelekan siapapun lawannya ketika bertanding. Dengan itu Achten selalu menerapkan evaluasi dengan melihat kesalahan yang muncul, mencari solusi teknik, kemudian menerapkannya dalam latihan. “Dilihat kesalahan yang sudah dilakukan, terus dicari solusi untuk dilakukan dalam latihan. Kemudian atlet dimotivasi agar lebih baik lagi,” jelasnya, menekankan siklus evaluasi, koreksi, latihan, dan motivasi sebagai kunci pembelajaran.

Seperti yang dikatakan Achten, prinsip sederhana namun tegas dalam aspek teknis dan non-teknis adalah sikap dan teknik baku yang harus berjalan beriringan. Ia merangkum filosofinya dengan satu pernyataan yang menjadi pedoman bagi seluruh atlet, “Athlete must have a good attitude, and champions will follow you,” tegasnya. Pernyataan singkat yang harus selalu ditanamkan hati para atletnya dan selalu menjadi pegangan para atletnya. Dengan sikap yang benar, disiplin, dan latihan terukur, para atlet karate Banjarnegara mampu menapak ke level provinsi bahkan nasional.

Dari dojo sederhana itulah, Achten tak hanya mencetak atlet, tetapi juga menanamkan nilai kedisiplinan, rasa hormat, dan ketangguhan mental yang kelak akan menjadi modal utama bagi generasi penerus. Prestasi bagi Achten adalah buah dari keikhlasan dan konsistensi; keringat dan karakterlah yang menjadi tanaman utama, sedangkan medali hanyalah panen yang menyusul.

Editor: Nabila Aulia Sevira

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *