Di balik keberhasilan yang diperoleh oleh siswa-siswa unggul di MAN 1 Kota Tangerang, terdapat sosok guru luar biasa yang telah mengabdikan hidupnya selama 17 tahun untuk membentuk masa depan para siswa. Halimatu Sya’diah, S.Pd., pendidik bahasa Indonesia yang kini berusia 41 tahun, tidak hanya memberikan pengetahuan di dalam kelas, tetapi juga berperan sebagai penggerak perubahan bagi siswa-siswa MAN 1 Kota Tangerang.


Perjalanan Seorang Tenaga Pendidik
Ibu Dyah memulai karir mengajarnya pada tahun 2008 sebagai tenaga pendidik pemula yang baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Saat itu, kepala sekolah meminta Ibu Dyah untuk mengajar anak-anak yang tinggal di Yayasan Mulia Hati Insani.
“Pada awalnya, saya mengira ini hanya pekerjaan sementara sambil menantikan kesempatan yang ‘lebih baik’. Namun, saat pertama kali melangkah ke yayasan tersebut, hati saya tersentuh melihat semangat anak-anak dalam belajar meskipun dengan segala keterbatasan,” kata Ibu Dyah, Minggu (31/08/2025).
Hari pertama mengajar menjadi sebuah kenangan yang takkan pernah ia lupakan. Di kelas yang sederhana dengan papan tulis yang sudah tua, ia berhadapan dengan anak-anak yang memiliki keterbatasan dan latar belakang yang beragam.
Saat menjadi guru honorer, ia mengajar di empat sekolah Kabupaten Lebak, yaitu Yayasan Mulia Hati Insani, SMK PGRI, SMA Al-Husen, dan MTs Mathla’ul Anwar. Setiap sekolah memiliki karakteristik siswa masing-masing, tetapi Ibu Dyah menjalankan tugas tersebut dengan tabah. Pada 2019, Ibu Dyah resmi menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan mendapat amanah untuk mengajar di MAN 1 Kota Tangerang hingga sekarang.
Strategi dalam Pembelajaran
Ibu Dyah dikenal sebagai tenaga pendidik yang kreatif. Ia mengembangkan pendekatan pembelajaran yang menarik, seperti berbasis proyek dengan memanfaatkan teknologi sekitar sebagai sarana belajar. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi siswa sehingga pemikiran mereka menjadi lebih terasah.
Saat materi observasi, ia menginstruksikan siswa untuk melakukan presentasi per kelompok dan memperbolehkan penggunaan media apapun, baik scrapbook, mading, pembuatan video, atau film. Dengan begitu, semua siswa mengerjakan proyek tersebut tanpa rasa paksaan.
Pada materi argumentasi, ia meminta siswa melakukan penelitian mengenai produk pangan lokal, lalu membebaskan pilihan narasumber asalkan masih relevan dengan produk pangan lokal. Tugas proyek tersebut berlangsung dengan baik untuk setiap siswa.
Pendekatan Guru terhadap Perilaku Siswa
Ibu Dyah melakukan pendekatan personal kepada siswanya apabila mereka kehilangan semangat. Ia mendengarkan mereka tanpa langsung menghakimi, lalu memberikan solusi yang sesuai.
Jika siswa tersebut tampaknya kurang perhatian dari keluarganya, Ibu Dyah melakukan pendekatan personal dengan cara yang lembut. Menanyakan tentang masalah yang dihadapinya di rumah, memperhatikan keadaan siswa, dan memberikan kata-kata penyemangat agar siswa tersebut perlahan-lahan dapat termotivasi untuk belajar.
Adanya pendekatan personal kepada siswa dapat mengubah tingkah lakunya. Seperti penggunaan dalam berbahasa yang santun dan baik, serta tidak melanggar norma di sekitarnya. Hal ini membuat siswa selalu mengingat Ibu Dyah akan motivasinya.
“Setiap anak itu istimewa dan memiliki karakteristik tersendiri. Dengan memberikan dukungan dan motivasi, dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa tersebut,” ujar Ibu Dyah, Minggu (31/08/2025).
Pengaruh Guru terhadap Masyarakat
Tahun 2008 hingga 2012, Ibu Dyah mengabdikan diri sebagai pendidik di Yayasan Mulia Hati Insani, SMK PGRI, dan SMA Al-Husen. Penugasan di ketiga sekolah tersebut dijalankan atas permintaan kepala sekolah. Selain itu, sejak tahun 2008 hingga 2019, Ibu Dyah juga mengajar di MTs Mathla’ul Anwar atas keinginannya sendiri sebagai bentuk dedikasi pribadi di dunia pendidikan.
Pada tahun 2009, Ibu Dyah mengajar di wilayah terpencil, yaitu Cibadak, yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang, dengan menggunakan program Paket A dan Paket B.
Paket A terdiri dari peserta yang sudah berusia dewasa, tetapi belum mengenal huruf, sedangkan Paket B diperuntukkan bagi mereka yang berada dalam usia produktif, tetapi terpaksa telah menghentikan pendidikan karena keadaan ekonomi dan ingin mengubah nasib dengan bekerja.
“Setiap minggu, para pengajar mengunjungi tempat tinggal para peserta didik untuk memberikan pelajaran umum tentang membaca dan menulis,” ujar Ibu Dyah, Minggu (31/08/2025).
Upaya ini berpengaruh signifikan bagi masyarakat di kawasan terpencil, yang kini dapat mengakses pendidikan dasar, seperti membaca dan menulis.
Motivasi menjadi Seorang Guru
“Saya percaya, pendidikan itu dapat mengubah hidup seseorang agar lebih baik dan membantu mereka untuk mencapai tujuannya,” ujar Ibu Dyah, Minggu (31/08/2025).
Pesan bagi Calon Guru
“Pendidikan merupakan gerbang untuk meraih cita-cita dan harapan. Jangan sekali-kali mundur dalam usaha belajar, sebab setiap rintangan dapat menjadi peluang untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih baik,” kata Ibu Dyah, Minggu (31/08/2025).
“Sebagai seorang guru, kalian perlu terus memperbaharui pengetahuan serta kemampuan dalam mengajar. Jangan sampai tertinggal oleh kemajuan teknologi, tetaplah belajar, selalu mengikuti perkembangan zaman, dan jangan ragu untuk bereksperimen dengan hal-hal yang baru,” ujar Ibu Dyah, Minggu (31/08/2025).
Editor: Velen Candra Nadia