Mahasiswa Unsoed Dorong Literasi Lewat Buku Gratis

Sumber : dokumen pribadi narasumber

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia  mendorong seorang mahasiswa Unsoed untuk meningkatkan minat baca. Muhammad Rizqi Avila, seorang Mahasiswa Sosiologi Unsoed 2021 menjadi penggerak di sebuah komunitas  baca yang kini menjadi ruang alternatif bagi masyarakat untuk membaca tanpa pungutan biaya sepeser pun. Baca Baci bermula dari kesadaran akan rendahnya ruang literasi dan semangat literasi mahasiswa Unsoed. Akhirnya terbentuklah komunitas Baca Baci sebagai fasilitator masyarakat untuk mengakses buku dan tempat baca secara gratis.

Berdasarkan pernyataan dari Avila, ia tergabung sebagai penggerak Baca Baci karena pengalamannya yang kerap kali ketika membaca buku di ruang publik dijuluki nerd atau kutu buku dan hal itu memicu rasa sungkan baginya untuk melakukan kegiatan membaca di ruang publik. Oleh karena itu, ia terdorong untuk menjadi penggerak dan berusaha untuk mengakomodasi masyarakat agar mereka memiliki ruang yang aman dan inklusif untuk membaca buku.

Gerakan inspiratif ini dimulai pertama kali oleh generasi pertama dari mahasiswa hukum Unsoed dan dilanjutkan oleh Avila bersama rekan-rekannya. Kegiatan tersebut mendapatkan dukungan salah satunya dari pihak UPT Unsoed yang secara langsung menyediakan tempat sebagai ruang baca. UPT memperbolehkan mereka membuka lapak di halamannya sebagai bentuk apresiasi dan dukungan. Ruang literasi ini buka setiap hari rabu dari siang sampai sore hari.

“Untuk peminjamannya kita tidak dikenakan biaya, paling hanya perlu konfirmasi dan mengisi lewat g-form.  kami juga tidak mengenakan sistem denda”, ujar Avila. Ia benar-benar berdedikasi untuk menyediakan buku tanpa perlu mengeluarkan uang bagi peminjamnya. Hal itu sebagai bentuk fleksibilitas dibandingkan dengan peminjaman buku di perpustakaan yang menggunakan sistem denda. Hal ini tentu sangat membuka kesempatan masyarakat untuk membaca tanpa mengkhawatirkan risiko denda.

Kegiatan itu direspons baik oleh masyarakat karena menyediakan berbagai macam buku, dari novel sampai buku-buku teoretis. “Mereka senang ada lapak ataupun gerakan literasi kaya Baca Baci, jadinya mereka punya ruang untuk mengaktualisasi diri mereka dan mengekpresikan diri” jelas Avila. Tidak hanya membaca saja,  Avila juga menyatakan bahwasannya ada kegiatan lain seperti pembacaan puisi, melukis, membahas isu aktual, dan sharing buku bacaan dengan teman lain.

Banyaknya peminat dari Fakultas Ilmu Budaya sebagai penikmat novel, Avila merencanakan untuk membuka lapak di FIB Unsoed. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk memfasilitasi bentuk-bentuk karya sastra berupa novel, cerpen, dan antologi puisi yang dapat dijadikan objek kajian bagi mahasiswa FIB atau hanya sekadar dibaca. “Untuk niat selanjutnya sih kita ada tour fakultas gitu ke kampus-kampus sebagai semangat kita untuk mencakup semua fakultas di Unsoed” ungkap Avila.

“Cukup banyak sih ada masyarakat umum yang datang ke Baca Baci dan beberapa diantaranya, aku tanyain ada yang dari Purbalingga terus ada yang dari Cilacap gitu” ujar Avila. Ternyata kegiatan yang dilakukannya bukan sekadar berhenti di mahasiswa, tetapi sampai ke masyarakat umum bahkan sampai luar daerah Banyumas. Pernyataan tersebut memberikan bukti jika Avila sebagai penggerak penyedia buku gratis berdampak baik bagi masyarakat luas.

Untuk menunjang ketersediaan variasi buku, Avila membuka kesempatan bagi siapa saja untuk dapat mendonasikan buku yang sudah tidak dibaca lagi. “Kita ada yang namanya sistem kontrak. Bagi visitor atau orang-orang yang mau menitipkan bukunya tinggal konfirmasi sama kita kemudian janjian kontraknya mau sebulan, tiga bulan, atau enam bulan” ujar Avila.

Banyak tantangan yang dihadapinya, yaitu buku yang tidak dikembalikan, anggota yang tidak aktif, dan jumlah pembaca yang naik turun. Tetapi, Avila tetap konsisten untuk melanjutkan lapak baca buku gratis karena jika berhenti maka siapa lagi yang akan dengan senang hati membantu masyarakat dalam penyediaan buku gratis. Adanya kesadaran dari sosok Avila tentang pentingnya membaca sehingga ruang literasi yang mudah dijangkau masih berjalan sampai saat ini.

Kegiatan yang digerakkan oleh Avila tidak sekadar menyediakan buku, tetapi juga membangun pemikiran dan kesadaran bahwa membaca adalah langkah awal untuk membangun masa depan. Kegiatan ini menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk meningkatkan budaya literasi di masyarakat. Semakin banyak generasi muda yang sadar akan pentingnya literasi, semakin berkembang pula ilmu pengetahuan. Melalui semangat literasinya  ia mampu memperjuangkan akses literasi di lingkungan masyarakat.

Editor : Nayagi Abdillah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *