Kisah Inspiratif Rasmini: Dari Kader Desa Hingga Kepala TK yang Membangun Generasi Emas

Foto : Dokumentasi Pribadi

Kisah inspiratif Rasmini, kader desa yang kini menjadi Kepala TK di Kebumen. Dedikasinya dalam pendidikan dan kesehatan jadi teladan bagi masyarakat.

Kebumen, 30 Agustus 2025  – Sosok Rasmini, yang akrab disapa Mini atau Karwaji, sudah lama dikenal masyarakat bukan hanya sebagai seorang guru, tetapi juga tokoh perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia kini menjabat sebagai Kepala Sekolah TK Swasta di desanya, sekaligus kader di sejumlah lembaga kemasyarakatan.

Perjalanan Awal Rasmini Menjadi Kader Desa

Sejak awal, kiprahnya sudah menyentuh banyak lini. Di mata masyarakat, Rasmini adalah guru yang sabar mendidik anak-anak dengan berbagai karakter. Ia membimbing mereka dari kondisi belum bisa membaca dan menulis hingga akhirnya menjadi pribadi mandiri dan berbakti pada orang tua. “Setiap anak punya karakter unik. Tugas saya adalah sabar dan ikhlas mendidik mereka sampai berhasil,” ujarnya. Selain di dunia pendidikan, kiprah Rasmini juga begitu nyata di tengah masyarakat. Ia aktif di PKK, kader posyandu, kader KB, Kader Pembangunan Manusia (KPM), serta Tim Pendamping Keluarga (TPK). Karena banyak perannya, warga kerap menjulukinya sebagai kader serba guna.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Peran Sosial di Tengah Masyarakat

Perjalanan pengabdian Rasmini dimulai sejak tahun 1996, ketika ia menggantikan ibunya sebagai kader kesehatan di desa. Seiring waktu, keterlibatannya semakin luas. Pada tahun 2010, ia mulai menekuni profesi guru. Meski hanya berbekal ijazah SMA, semangatnya untuk terus maju tidak pernah padam. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Terbuka (UT) hingga berhasil meraih gelar S1 Pendidikan pada 2017. Tak lama berselang, pada 2018, ia dipercaya Dinas Pendidikan dan pemerintah desa untuk menjadi Kepala TK Swasta setelah kepala sekolah sebelumnya mengundurkan diri. “Awalnya saya tidak pernah membayangkan bisa menjadi kepala sekolah. Tetapi karena dukungan keluarga, pemerintah desa, dan anak-anak, saya semakin mencintai profesi guru,” tutur Rasmini.

Motivasi Rasmini terjun ke masyarakat berangkat dari panggilan hati nurani. Menurutnya, setiap upaya yang ia lakukan adalah bentuk tanggung jawab moral dan sosial. Ia ingin desanya maju, warganya sehat, serta anak-anak mendapat pendidikan yang layak. Usahanya mendapat apresiasi. Ia pernah terpilih mengikuti lomba pencegahan stunting di tingkat kabupaten hingga nasional. Dari ajang itu, ia berhasil membawa pulang prestasi Juara Harapan 3 tingkat nasional. Selain itu, ia juga kerap dipercaya membantu bidan desa dalam memberikan pendampingan kepada ibu hamil, ibu balita, ibu menyusui, serta lansia. Baginya, momen paling berkesan adalah ketika melihat anak-anak tampil percaya diri saat bercerita di depan kelas, atau ketika seorang lansia tetap semangat mengikuti kegiatan posyandu meski berjalan dengan tongkat.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Dedikasi Sebagai Guru dan Kepala TK

Perjuangan Rasmini tidak selalu mudah. Banyak tantangan, baik di sekolah maupun di masyarakat. Namun, ia tetap berkomitmen melanjutkan pengabdian. “Ini sudah menjadi kewajiban saya. Sebagai guru saya mendapat tunjangan profesi, dan sebagai kader saya diberi amanah oleh pemerintah desa. Semua harus dijalani dengan ikhlas,” katanya. Untuk menjaga keseimbangan, ia disiplin membagi waktu. Kegiatan rumah tangga selalu ia tuntaskan sebelum berangkat ke sekolah, mulai dari memasak hingga mencuci. Sementara untuk kegiatan sosial masyarakat, ia jalankan setelah jam mengajar selesai. “Biasanya setelah dhuhur sampai sore. Itu pun tidak setiap hari ada kegiatan,” jelasnya.

Pesan untuk Generasi Muda Desa

Sebagai perempuan yang telah lama mengabdikan diri di desa, Rasmini berharap akan lahir generasi penerus yang mampu melanjutkan perjuangannya. “Saya ingin anak-anak muda di desa mau aktif dalam kegiatan, ikhlas membangun desa, menjaga solidaritas, dan menjadi teladan bagi masyarakat,” pesannya.

Sosok Rasmini menjadi contoh nyata bagaimana seorang guru dapat memainkan peran lebih luas dari sekadar mengajar di ruang kelas. Ia hadir sebagai motor penggerak pendidikan, kesehatan, dan solidaritas sosial di tingkat desa. Dengan dedikasi dan keikhlasannya, ia menunjukkan bahwa pengabdian seorang guru bisa menjangkau jauh hingga ke kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

Editor : Meilan Triwahyuni

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *