Mengenal Sigit Widayanto, Sosok Visioner di Balik Ketahanan Pangan di Kabupaten Cilacap

Sigit Widayanto, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap (Sumber: detik.com)

Purwokerto, 2 September 2025 – Ketahanan pangan menjadi isu penting di tengah perubahan iklim, gejolak harga, dan tantangan distribusi. Namun di Kabupaten Cilacap, ada sosok yang dengan tenang dan konsisten menjaga kebutuhan dasar masyarakat.

Di balik wajah tenang dan senyumnya yang ramah, Sigit Widayanto, S.P., M.Si., menyimpan semangat besar untuk menjaga masa depan bangsa. Baginya, urusan pangan bukan sekadar tentang sawah, ladang, atau angka produksi, melainkan soal keberlangsungan hidup sebuah negara. Sebagai Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap, ia memikul tanggung jawab penting: memastikan rakyat cukup makan, hasil panen yang terjangkau harganya, dan terlindungi dari ancaman krisis pangan.

Lahir di Temon Kulon Progo , 10 Juni 1972, Sigit merupakan anak  pertama dari empat bersaudara. Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana dan kental dengan adat dan budaya Jawa. Pola asuh serta didikan yang diberikan keluarga membentuk karakternya yang bijaksana. “Filosofi Mikul Duwur Mendem Jero (menjunjung tinggi martabat keluarga) kemudian filosofi jawa yang lainnya itu sangat berpengaruh dalam diri saya,” kenang Sigit saat wawancara daring, Selasa (2/9).

Pendidikan dasar hingga menengah ia jalani di Yogyakarta. Setelah itu, Sigit melanjutkan S1 di Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY)  dan meraih gelar Sarjana Pertanian. Kemudian, ia menempuh S2 di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dengan konsentrasi Agronomi. Ia menyelesaikan studi magister di bidang Ilmu lingkungan untuk memperkaya pemahaman tentang hubungan antara pangan dan keberlanjutan.

Kariernya dimulai pada tahun 2000 hingga sekarang. Pada awal karier, Sigit ditugaskan sebagai penyuluh kehutanan. Pekerjaan itu membawanya dekat dengan masyarakat desa, terutama para petani hutan. Ia mendengar keluhan mereka sekaligus ikut mencarikan solusi. Dari sinilah Beliau belajar arti perjuangan, kedisiplinan, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Perjalanan panjang itu mengantarnya naik ke jabatan strategis di  pemerintahan daerah hingga kini dipercaya memimpin bidang ketahanan pangan. Bagi Sigit, jabatan ini bukan sekedar pangkat, melainkan amanah besar untuk melayani rakyat. “Penilaian masyarakat yang sangat positif dan percaya kepada saya serta ada berbagai ujian test membuat saya dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Kepala Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten Cilacap,” ujarnya.

Ia percaya bahwa tantangan pangan tidak bisa dijawab hanya dengan angka dan laporan, melainkan dengan keberanian mencari solusi. “Kalau hanya mengeluh, kita tidak akan bisa maju. Justru ditengah tantangan ini, kita dituntut untuk terus kreatif,” tegasnya.

Prinsip hidup yang selalu ia pegang dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin adalah berpegang aturan perundang-undangan dan tidak pernah menyimpang dari aturan yang ada. Selain itu, integritas juga menjadi hal utama baginya karena di dalam integritas terdapat banyak komponen penting yang sangat berarti jika diterapkan dalam dunia pekerjaan.

Prinsip tersebut ia dapatkan dari sosok inspiratif B.J Habibie. Baginya, Habibie adalah contoh nyata bahwa kerja keras, integritas yang tinggi, kecintaan pada ilmu pengetahuan, dan dedikasi terhadap bangsa dapat membawa perubahan besar.

“Pak Habibie mengajarkan kita bahwa inovasi adalah kunci masa depan. Beliau juga membuktikan bahwa anak bangsa bisa berdiri sejajar dengan dunia internasional. Hal itu yang selalu saya jadikan motivasi dalam bekerja dan saya ingin rasa semangat saya  sama dengan pak Habibie,” ungkap Sigit.

Dibawah keemimpinannya, program seperti Gerakan Pangan Murah (GPM) dan optimalisasi Rice Milling Unit (RMU)  agar gabah lokal bisa di olah di Cilacap, bukan dijual mentah ke luar daerah. “Kalau kita bisa mengelola hasil panen sendiri, masyarakat akan terlindungi dari gejolak harga pasar dan krisis pangan. Sekarang, di Cilacap per tahunnya bisa produksi sampai 3 juta ton padi dengan begitu hasil panen bisa digunakan sampai akhir 2025 tanpa impor,” imbuhnya.

Bagi  Sigit, generasi muda memegang peranan penting dalam masa depan pangan. Ia mengaku khawatir jika anak muda terus meninggalkan pertanian. “Kalau anak-anak muda menjauh dari pertanian, 10 atau 20 tahun lagi kita bisa krisis pangan. Pertanian  itu peluang besar, bukan beban,” jelasnya.

Meski memegang jabatan startegis, Ia tetap membumi. Sigit sering turun langsung ke lapangan, berdialog dengan petani, dan mendengarkan keluhan masyarakat. Hal ini membuatnya dihormati bukan hanya sebagai pejabat, tetapi juga sebagai sahabat rakyat.

Di tengah kesibukannya, Sigit tetap menjaga keseimbangan hidup. Ia selalu menyempatkan waktu untuk keluarga yang menurutnya menjadi sumber kekuatan terbesar. “Keluarga adalah energi saya, jadi setiap ada kesempatan setiap ada waktu luang saya selalu menerapkan quality time bersama keluarga untuk menjaga keharmonisan dan rasa kasih sayang yang utuh baik, dengan anak, istri, ataupun sanak saudara. Tanpa mereka, saya tidak bisa bekerja sekuat dan sejauh ini,” ungkapnya.

Menutup pembicaraan, Sigit menitip pesan penting. “Pertanian adalah nafas bangsa. Kalau kita kuat pada sektor pangan kita tidak akan bergantung pada negara lain. Mari kita dukung petani, mari kita jaga pertanian, demi Indonesia yang berdaulat pangan,”pesannya.

Editor : Fariska Putri Rahayu

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *