
PURWOKERTO – Di tengah kesibukan perkuliahan kedokteran yang padat, seorang mahasiswa semester 5 asal Karangklesem, Purwokerto Selatan berhasil membuktikan bahwa organisasi dan akademik dapat berjalan beriringan. Bernat Mauretanio Hertian, Ketua Keluarga Besar Mahasiswa Kedokteran (KBMK) Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman periode 2025/2026, telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam mengembangkan potensi mahasiswa kedokteran melalui berbagai program inovatif.
Sejak menjabat sebagai ketua pada Maret 2025, Bernat telah memimpin berbagai program yang memberikan dampak langsung bagi mahasiswa dan masyarakat. Keterlibatannya di KBMK dimulai sejak semester pertama kuliah, menunjukkan konsistensi dan komitmen yang tinggi terhadap pengembangan diri dan sesama.
Motivasi Bernat bergabung dengan KBMK bukan sekadar untuk mengisi waktu luang. “Saya tidak ingin menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja,” ungkap Bernat saat diwawancarai di kampus Fakultas Kedokteran UNSOED, Rabu (3/9/2025). Menurutnya, KBMK menawarkan bidang-bidang yang unik dan belum pernah dijumpai sebelumnya, memberikan kesempatan untuk memperluas jaringan, dan melanjutkan pengalaman kepemimpinan yang telah dibangun sejak menjadi Ketua OSIS di SMA.
Pengalaman kepemimpinan di masa sekolah menengah ternyata menjadi modal berharga bagi Bernat untuk memimpin organisasi mahasiswa yang lebih kompleks. Transisi dari memimpin siswa SMA ke mahasiswa kedokteran membutuhkan adaptasi yang tidak mudah, namun hal ini justru menjadi tantangan yang memotivasinya untuk terus berkembang.
Selama kepemimpinannya, Bernat telah menginisiasi dan melaksanakan berbagai program kerja yang memberikan manfaat langsung. Salah satu program unggulan adalah Bulan Bakti, di mana KBMK mensosialisasikan informasi tentang Tuberkulosis (TBC) ke Desa Karanggintung. Program ini tidak hanya memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, tetapi juga menjadi ajang bagi mahasiswa kedokteran untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah.
Program lainnya yang tak kalah penting adalah Advance Leadership Camp yang ditujukan untuk pengurus himpunan. Melalui kegiatan ini, Bernat berupaya membekali para pengurus dengan kemampuan kepemimpinan yang mumpuni, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif.
KBMK juga melakukan studi banding dengan dua universitas ternama, yaitu Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA) dan Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA). Kegiatan ini membuka wawasan mahasiswa tentang praktik-praktik terbaik dalam organisasi kemahasiswaan di institusi lain.
Salah satu dampak terpenting dari program-program KBMK adalah pembukaan wawasan karir bagi mahasiswa kedokteran. Melalui Medical Career Day, mahasiswa mengetahui bahwa setelah lulus, mereka tidak hanya bisa menjadi dokter umum, tetapi juga bisa berkarir sebagai dokter militer, dokter yang aktif di media sosial sebagai edukator kesehatan, atau mengambil spesialisasi lain yang sesuai dengan minat.
“Program ini sangat membantu mahasiswa dalam merencanakan masa depan mereka,” ungkap Bernat. Ia juga menekankan pentingnya pelatihan kepemimpinan dan manajemen waktu yang diberikan melalui program-program himpunan, yang tentunya sangat mendukung pengembangan soft skill mahasiswa.
Memimpin organisasi mahasiswa sambil menjalani perkuliahan kedokteran yang intensif bukanlah pekerjaan mudah. Bernat mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapi adalah pembagian waktu dan memahami seluruh anggota himpunan. “Jika saya tidak dapat memahami kondisi anggota, maka himpunan tidak akan berjalan dengan baik,” jelasnya.
Untuk mengatasi hal ini, Bernat mengembangkan pendekatan kepemimpinan yang lebih personal. Selain melakukan pendekatan profesional dalam organisasi, ia juga membangun hubungan yang lebih dekat dengan anggota melalui kegiatan-kegiatan informal seperti berkumpul di kafe atau sekadar jalan-jalan bersama. Strategi ini terbukti efektif dalam menciptakan kohesivitas tim yang kuat.
Mengenai manajemen waktu, Bernat menerapkan prinsip skala prioritas yang jelas. Menjelang periode ujian, ia akan membatasi kegiatan himpunan yang tidak urgent dan mengimbau anggota untuk tidak mengadakan rapat yang dapat mengganggu fokus belajar. Di sisi lain, ia juga konsisten membaca materi kuliah sedikit demi sedikit setelah jam perkuliahan berakhir untuk menghindari sistem belajar mendadak.
Bernat memiliki misi khusus untuk mengubah pandangan negatif tentang organisasi mahasiswa. Ia mengamati bahwa banyak mahasiswa kedokteran yang terlalu apatis dan hanya fokus pada aspek akademik karena takut nilai mereka akan menurun jika berorganisasi.
“Dan ini juga alasan mengapa saya ingin berorganisasi. Saya ingin menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berorganisasi akan memiliki nilai akademik yang buruk,” tegasnya. Bernat berharap mahasiswa kedokteran tidak takut berorganisasi karena justru melalui organisasi, mereka akan mendapatkan ilmu-ilmu baru yang menunjang kegiatan akademik.
Harapan Bernat untuk masa depan mahasiswa kedokteran dan KBMK sangat komprehensif. Bagi mahasiswa kedokteran, ia berharap mereka dapat berkembang optimal di bidang kedokteran dan memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya, sehingga kelak menjadi dokter yang kompeten dan beradab.
Untuk KBMK sendiri, Bernat memiliki visi agar organisasi ini tetap jaya dan terus menghadirkan program kerja serta inovasi baru yang dapat dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Ia juga berharap program-program yang ada dapat terus diperbaiki dan memberikan dampak yang lebih besar bagi mahasiswa maupun masyarakat luas.
Bernat Mauretanio Hertian membuktikan bahwa dengan manajemen yang tepat dan visi yang jelas, seorang mahasiswa dapat memberikan kontribusi signifikan baik dalam bidang akademik maupun organisasi. Kepemimpinannya di KBMK Fakultas Kedokteran UNSOED menjadi inspirasi bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di lingkungannya.
Editor: Bunga Oktarina Rahadatul Aisy