Purwokerto – Leker, merupakan makanan tradisional khas Indonesia, hingga kini tetap diminati masyarakat, terutama kalangan remaja dan mahasiswa. Makanan ini berbentuk crepes tipis dengan tekstur gurih renyah.
Leker Nanto, salah satu penjual leker di Purwokerto, menuturkan bahwa usahanya sudah berdiri sejak tahun 2008. “Saya mulai berjualan leker sejak 2008. Lokasi berjualan ada di sebelah kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), sehingga banyak mahasiswa dan remaja yang menjadi pelanggan utama,” ujarnya.
Secara umum, bahan utama pembuatan leker cukup sederhana, mirip adonan panekuk tipis. Bahan yang digunakan antara lain tepung terigu, tepung beras, gula pasir, garam, telur, air, dan vanili sebagai penambah aroma. Sementara untuk isi, penjual biasanya menawarkan pisang, meses cokelat, keju parut, dan susu kental manis.
Proses pembuatannya pun terbilang praktis. Adonan dicampur hingga encer, kemudian dituangkan tipis-tipis di atas wajan bulat yang datar. Setelah setengah matang, barulah ditambahkan isian sesuai selera pembeli. Kulit leker dipanggang hingga kering dan renyah, lalu dilipat sebelum disajikan.
Asal-usul leker sendiri tak lepas dari pengaruh Belanda. Kata leker berasal dari bahasa Belanda lekker yang berarti lezat atau enak. Pada masa kolonial, masyarakat Belanda telah mengenal kue tipis mirip crepes. Orang Jawa kemudian mengadaptasi makanan tersebut dengan bahan sederhana, hingga tercipta kue tipis berisi pisang dan gula pasir. Leker mulai populer di Solo, Jawa Tengah, sejak awal abad ke-20 dan kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Nanto, ada beberapa alasan mengapa leker digemari remaja. “Selain harganya yang terjangkau, rasa leker juga bervariasi, mulai dari manis hingga gurih. Kulitnya tipis dan renyah, serta mudah ditemukan di sekitar sekolah atau kampus. Itu yang membuat remaja suka,” jelasnya.
Dengan harga yang ramah di kantong, variasi rasa, serta proses pembuatan yang sederhana, leker terbukti mampu bertahan sebagai jajanan tradisional yang tidak lekang oleh waktu.
Editor: Rizki Wahyu Aulia Nisa
Selasa, 9 September 2025