Purwokerto – Batagor dan siomay, kuliner khas Bandung yang akrab di lidah masyarakat Indonesia, dan telah lama menjadi favorit di berbagai daerah. Cita rasanya yang gurih, dengan bahan utama ikan tenggiri berpadu tepung dan bumbu kacang kental, menjadikannya camilan sederhana yang memikat selera. Batagor biasanya digoreng hingga renyah, sedangkan siomay lebih identik dengan olahan kukus.

Batagor Kuah dan Siomay Pak Jito (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Di Purwokerto, kisah menarik datang dari seorang penjual bernama Jito, yang berhasil mempertahankan eksistensi kuliner ini selama puluhan tahun. Pria itu memilih berjualan batagor karena cara pembuatannya yang praktis dan harganya yang ramah di kantong.
Sebelum membuka usaha sendiri, Jito pernah bekerja dengan seorang pedagang siomay dan batagor di Bandung pada 1992. Pengalaman itulah yang kemudian membawanya merantau ke Purwokerto untuk membuka usaha mandiri. Awalnya, ia hanya berjualan siomay. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menambah variasi berupa batagor, termasuk menghadirkan varian batagor kuah yang sempat viral di media sosial.
“Awal-awal berjualan keliling, dalam sehari saya hanya mendapat uang 4 ribu,” kenangnya sambil tersenyum. Lambat laun, usahanya berkembang. Ia kemudian memutuskan untuk mangkal di Taman Ahmad Yani Purwokerto, hingga akhirnya menetap di depan kantor cabang Neutron Yogyakarta Purwokerto. Usaha yang dirintis sejak 1998 kini menjadi salah satu kuliner legendaris di kota tersebut.
Saat ini, setiap hari Jito mampu memproduksi sekitar 13 kilogram adonan batagor dan 200 butir siomay. Rasa yang autentik membuat Batagor Pak Jito kian digemari masyarakat. Promosi dari mulut ke mulut dan media sosial turut membantu popularitasnya. Pelanggannya datang dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga masyarakat umum.
Jito menyediakan berbagai variasi, mulai dari batagor goreng yang dipadukan dengan kuah dan irisan daun bawang, hingga batagor dan siomay ikan tenggiri yang dibalur dengan saus bumbu kacang. Tak hanya siomay, Jito juga menyediakan kubis, telur dan tahu yang dapat dihidangkan dengan saus bumbu kacang yang kental.
Menurut Jito, kesederhanaan justru menjadi daya tarik kuliner khas Bandung ini. “Menurut saya, batagor dan siomay itu simpel cara pembuatannya dan bisa dinikmati semua kalangan. Selain itu, makanan ini punya nilai tersendiri di hati konsumen, yakni mengingatkan masa-masa indah saat sekolah karena sering ditemui di dekat sekolah,” ujarnya.
Meski harga bahan baku kerap naik, Jito tetap berusaha menjaga kualitas. “Harga bahan baku memang selalu naik, Mba. Tetapi alhamdulillah, saya masih bisa menyesuaikan dengan pasar sehingga rasa batagor dan siomay tetap terjaga,” jelasnya.
Perjalanan panjang Jito menjadi bukti bahwa usaha kuliner tidak hanya bergantung pada cita rasa, melainkan juga pada ketekunan, kesabaran, dan konsistensi. Dari penghasilan 4 ribu per hari saat berjualan keliling, kini Batagor Pak Jito menjelma menjadi kuliner legendaris yang dicintai masyarakat Purwokerto.
Editor : Malikhatun Khasanah