Purwokerto — Siapa yang tak kenal dawet ayu, minuman tradisional khas Banjarnegara yang terkenal dengan kesegarannya? Salah satu penjual dawet ayu legendaris adalah Mujamil, lebih akrab disapa Kang Jamil. Nama panggilan ini bahkan lebih dikenal pelanggan dibanding nama aslinya.
Kang Jamil memulai usaha dawet ayu sejak tahun 1995. Awalnya ia berjualan di kampung halaman, lalu merantau di Jakarta selama dua tahun. Pada tahun 1998, ia menetap dan membuka usaha dawet ayu di Jalan Raya Timur Wanadadi, Desa Tapen, Kecamatan Wanadadi, yang dikenal dengan ‘Dawet Ayu Kang Jamil’. Kini, usahanya berkembang dengan beberapa cabang di Banjarnegara.
Keistimewaan Dawet Ayu Kang Jamil terletak pada kualitas bahan yang segar tanpa pengawet. Dawet hanya dimasak sekali setiap hari dengan bahan utama cendol, gula aren, santan, dan daun pandan. Menurut Kang Jamil, penggunaan daun pandan asli merupakan kunci untuk menciptakan aroma dan warna alami, karena sebagian penjual lain memilih menggunakan pasta atau pewarna buatan yang justru mengurangi aroma dan keaslian dawet. “Kalau pakai pewarna pasta, warnanya bagus tapi aromanya hilang. Daun pandan itu kunci wangi dan rasa khas dawet,” jelasnya.

Selain varian original, Kang Jamil menawarkan dawet ayu dengan tambahan nangka dan durian. Harga Dawet Ayu Kang Jamil cukup terjangkau, mulai dari Rp7.000 hingga Rp15.000 per porsi, tergantung varian dan ukuran. Minuman ini tidak hanya diminati warga lokal, tetapi juga digemari oleh pelanggan dari luar daerah. Penjualannya meningkat pada hari libur dan hari raya, terutama ketika perantau pulang kampung. “Kalau lebaran, biasanya lebih ramai. Pelanggan luar kota kalau pulang, pasti nyari dawet di sini,” kata Kang Jamil.
Baginya, kunci mempertahankan pelanggan setia adalah menjaga kualitas dan pelayanan. Sikap ramah dan menghargai pelanggan menjadi prinsip utama dalam usahanya. Sebelum fokus berjualan dawet ayu, Kang Jamil sempat mencoba berbagai usaha, seperti ternak, berjualan sembako, dan makanan lainnya. Namun, hanya usaha dawet ayu yang mampu bertahan hingga puluhan tahun.
Menariknya, Kang Jamil belajar membuat dawet secara otodidak. Awalnya ia melihat saudaranya yang berjualan dawet, lalu mencoba mempraktikkannya sendiri ketika sang saudara berhenti berdagang. Dengan konsistensi menjaga cita rasa dan kualitas, Dawet Ayu Kang Jamil kini menjadi salah satu ikon kuliner Banjarnegara. Usahanya bukan sekadar bisnis, tetapi juga upaya melestarikan minuman tradisional khas daerah.
Editor: Baruna Wahyudhi