Lutis Bumbu Pisang Klutuk, Sensasi Baru Camilan Tradisional di Pasar Cerme

Lutis Pak Asep (Sumber: dokumentasi Pribadi)

Purwokerto – Di tengah hiruk pikuk Pasar Cerme, Purwosari, Baturaden, seorang pedagang asal Cirebon berhasil memikat lidah warga Purwokerto dengan sajian lutis yang berbeda dari umumnya. Lutis, sejenis rujak buah yang populer di berbagai daerah Indonesia, memiliki keunikan tersendiri di setiap wilayah. Makanan yang dikenal dengan berbagai sebutan seperti rujak, asinan, atau lotek ini merupakan campuran berbagai buah segar yang disajikan dengan bumbu khas. Di Jawa Tengah, khususnya Purwokerto, lutis menjadi camilan favorit yang mudah ditemukan di berbagai sudut kota.

Bapak Asep (45), pedagang asal Cirebon yang kini menetap di Purwokerto, telah menekuni bisnis lutis selama puluhan tahun. Perjalanan karirnya dimulai di Jakarta pada tahun 2008, sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Purwokerto sekitar tiga tahun lalu pada 2022.

“Ngga ada alasan pasti sih, karena saya cuma bisa jualan ini aja gabisa jualan yang lain, dan bahan-bahannya gampang didapetin,” ungkap Bapak Asep saat ditemui di lapaknya yang berada tepat di depan Pasar Cerme, Purwosari, Kecamatan Baturaden.

Lokasi strategis yang dipilihnya memang terbukti tepat. Berada tidak jauh dari Universitas Amikom Purwokerto, dagangannya kerap didatangi mahasiswa yang mencari camilan segar di sela-sela aktivitas kampus. Setiap hari, dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB, gerobak sederhana Bapak Asep selalu ramai pengunjung. Daya tarik utama lutis Bapak Asep terletak pada kesegarannya. Berbagai buah seperti mangga, jambu biji, kedondong, jambu air, bengkuang, nanas, dan pepaya selalu disajikan dalam kondisi segar. Namun yang membuatnya istimewa adalah bumbu rahasia yang digunakannya.

“Yang membuat beda dari lutis yang lain adalah buah yang saya pakai buah-buahan segar, bumbu yang unik menggunakan pisang klutuk yang diulek dan dicampurkan tanpa kacang dan terasi yang biasanya digunakan pedagang lutis umumnya,” jelasnya. Resep unik dengan pisang klutuk sebagai bahan utama bumbu ini memang jarang ditemukan pada penjual lutis lainnya. Pisang klutuk yang diulek halus memberikan rasa manis alami sekaligus tekstur yang khas, menggantikan fungsi kacang dan terasi yang umumnya digunakan.

Meski tanpa promosi khusus, omzet harian Bapak Asep cukup menggembirakan. Dalam cuaca normal, ia mampu menjual 60-70 porsi lutis setiap harinya. Meski saat hujan, penjualan memang menurun menjadi 30-40 porsi. Setiap porsi lutis dijual dengan harga Rp13.000, harga yang cukup terjangkau untuk ukuran camilan segar dengan berbagai pilihan buah.

Salah seorang pelanggan yang enggan disebutkan namanya mengaku sudah menjadi langganan selama hampir dua tahun. “Rasanya beda banget sama rujak yang lain. Bumbunya manis gurih gitu, ga pedes banget. Cocok buat yang ga suka pedes,” katanya. Pelanggan lain yang juga mahasiswa menambahkan, “Buahnya selalu segar, terus porsinya juga lumayan banyak. Harganya juga masih oke buat kantong mahasiswa.”

Setelah berpengalaman 14 tahun berjualan di Jakarta, Bapak Asep mengaku sudah merasa nyaman dengan kondisinya saat ini. Ia tidak memiliki rencana untuk membuka cabang di tempat lain. “Harapannya saya selalu sehat supaya bisa terus berjualan, dagangannya makin laris dan makin dikenal banyak orang,” harapnya dengan tulus. Kehadiran lutis Bapak Asep di Purwokerto membuktikan bahwa kuliner tradisional tetap memiliki tempat di hati masyarakat. Dengan tekad sederhana namun konsisten, ia berhasil membangun usaha yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberikan pilihan camilan sehat bagi masyarakat Purwokerto.

Bagi pecinta kuliner tradisional, lutis dengan bumbu pisang klutuk khas Bapak Asep ini patut dicoba. Lokasinya yang mudah dijangkau di depan Pasar Cerme, Purwosari, menjadikannya destinasi kuliner yang menarik untuk dikunjungi, terutama bagi yang ingin merasakan cita rasa lutis yang berbeda dari biasanya.

Editor: Azmi Revania Amanda

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *