
Candil Ungu (Foto: Dokumen Pribadi)
Purwokerto – Inovasi kuliner kembali hadir dari tangan kreatif mahasiswa. Lusi, mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), sukses menarik perhatian dengan jajanan tradisional bercita rasa unik bernama Candil Ungu.
Berbeda dari candil pada umumnya yang berwarna cokelat dari gula merah, candil buatan Lusi memiliki tampilan ungu yang menarik karena terbuat dari ubi ungu. Selain tampil cantik, kudapan ini juga memiliki rasa manis yang khas, tekstur kenyal, dan aroma santan yang menggugah selera.
Dijual dengan harga terjangkau Rp5.000 per porsi, Candil Ungu banyak diminati mahasiswa sebagai takjil di Bulan Ramadan. “Saya ingin mengangkat kembali jajanan tradisional dengan sentuhan berbeda agar lebih menarik. Di sini orang pakai ubi biasa, saya pakai ubi ungu sebagai inovasi tampilan warna,” ujar Lusi.
Candil Ungu dimasak mulai pukul 13.00 WIB hingga menjelang Ashar. Hal ini dilakukan agar santan tidak basi saat dikonsumsi, mengingat makanan ini sering menjadi menu berbuka puasa. Dikemas dalam plastik mangkuk (bowl), produk ini memungkinkan pelanggan melihat isinya tanpa perlu dibuka.
Para pencinta Candil Ungu mengaku sangat menikmati cita rasa berbeda dari kudapan ini. “Enak, kenyal. Tidak terlalu manis, cocok buat yang tidak terlalu suka manis,” ujar Nisa, mahasiswa Prodi Bahasa Mandarin, saat diwawancarai melalui WhatsApp.
Lusi mengungkapkan, ia tidak menggunakan gula merah cair. “Gula putih di adonan sudah manis,” katanya. Untuk menghindari rasa terlalu manis, ia mencampur gula merah langsung ke dalam adonan candil. “Aku suka, karena manisnya tidak bikin enek. Satu cup itu kurang, saking enaknya. Rasa santannya aku suka. Perpaduan keduanya pas banget,” tutur Fariska, teman sekelas Lusi, saat diwawancarai di Gedung UPT lantai 3.

Poster Candil Ungu (Foto: Dokumen Pribadi)
Lusi memasarkan produknya melalui poster digital yang disebar ke grup WhatsApp. Poster tersebut sering diteruskan dan diunggah ke status. Mayoritas pembeli berasal dari kalangan mahasiswa, namun tak jarang ada pembeli dari ibu kos dan warga sekitar. Pesanan dibuka sejak pagi dan ditutup pukul 15.00 WIB, atau saat jumlah pesanan sudah memenuhi kapasitas produksi. Produk dikirimkan langsung oleh Lusi kepada konsumen.
Melalui kreativitas dan ketekunan, Lusi membuktikan bahwa usaha kecil dapat menjadi peluang besar. “Sebetulnya mudah jualan makanan, apalagi di lingkungan kampus. Yang penting kreatif dan mengerti pasar,” ungkapnya. Dengan harga terjangkau, rasa manis legit, dan tampilan menarik, Candil Ungu karya Lusi berhasil mencuri perhatian banyak pembeli. Kudapan tradisional ini kini menjadi salah satu takjil favorit mahasiswa Unsoed dan masyarakat Purwokerto, yang selalu dinanti di bulan Ramadan.
Editor: Fitriana Oktavia