Purwokerto – Serabi Mbok Sur menjadi salah satu kuliner tradisional yang masih bertahan hingga kini di Purwokerto. Usaha ini telah dirintis sejak tahun 1960 oleh pasangan suami-istri, Mbok Sur dan suaminya. Setelah sang ibu meninggal pada 2010, usaha tersebut diteruskan oleh anaknya hingga sekarang. Serabi Mbok Sur dapat ditemukan di Jl.RA Wiryaatmaja No.2, RT.1/RW.4, Pesayangan, Kedungwuluh, Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan buka setiap hari pukul 04.00–10.00 WIB, dengan harga terjangkau yaitu Rp3.000 hingga Rp4.500 jika menggunakan toping.
Serabi ini awalnya dijual oleh pasangan suami-istri. Setelah sang ibu meninggal pada 2010, usaha ini diteruskan oleh anaknya. Ia memilih melanjutkan usaha keluarga daripada menjadi pegawai negeri, karena terbukti serabi buatan ibunya laris dan menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan. “Saya melanjutkan jualan ibu sejak beliau meninggal. Kalau dibandingkan, hasilnya lebih baik daripada jadi pegawai negeri, makanya saya memilih meneruskan usaha ini,” ujarnya.
Cita rasa serabi ini tetap dipertahankan sejak dahulu. Awalnya, serabi dimasak menggunakan kompor minyak tanah kecil. Kini proses memasaknya beralih menggunakan kompor gas yang lebih murah, praktis, dan bersih, namun tidak mengurangi kelezatan aslinya. “Dulu pakai kompor minyak tanah, kalau sekarang gas jauh lebih praktis, tapi rasanya tetap sama seperti dulu,” tambahnya.
Serabi Mbok Sur juga sering dipesan untuk berbagai acara. “Rasanya enak, nggak pernah berubah dari dulu. Paling pas dinikmati sebagai cemilan atau sarapan pagi ditemani teh hangat,” ujar Mbak Ira, salah satu pembeli serabi Mbok Sur. Hingga kini, Serabi Mbok Sur tetap menjadi salah satu kuliner legendaris di Purwokerto yang mampu mempertahankan cita rasa tradisional dan terus diminati berbagai kalangan.
Editor: Ida Fitri Nur Rahmah
