Mencanting di Panggih Sedulur, Wadah Pelestarian Budaya

Purwokerto — Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed menggelar acara Panggih Sedulur pada Jumat, 13 September 2025 di Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman. Acara yang dipelopori oleh Kemitraan Lembaga Mahasiswa BEM Unsoed ini mewadahi unit kegiatan mahasiswa dan paguyuban di Unsoed untuk saling mengenal. Panggih Sedulur tahun ini menghadirkan kegiatan mencanting yang menjadi pembeda dari tahun sebelumnya.

Christian Adriansyah Shawputra, salah satu staf Divisi Acara Panggih Sedulur, menjelaskan bahwa kegiatan mencanting bertujuan memperkenalkan kembali keterampilan tradisional yang berkaitan dengan batik. “Dalam Panggih Sedulur, kami ingin mengutamakan sebuah keberagaman dalam kebudayaan. Mencanting ditujukan sebagai hardskill yang membudaya dan bisa dijadikan wadah mengenal budaya tradisional untuk para pengunjung yang datang ke sini,” ujar pria yang kerap disapa Chris itu pada wawancara Sabtu (13/09/2025).

Kegiatan mencanting terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya sepeser pun. Panitia menyediakan seluruh peralatan mencanting, seperti kompor, lilin, canting, dan kain.  Pengunjung dapat memilih untuk mengikuti pola batik yang sudah disediakan panitia atau berkreasi secara bebas di atas kain polos. Hasil karya peserta kemudian dipajang pada papan yang disediakan panitia sebagai bentuk apresiasi. Kendati demikian, panitia tidak melarang jika pengunjung ingin membawa pulang karyanya. Hingga pukul 19.00 WIB, masih terlihat beberapa pengunjung sedang mencanting. Hal ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dari pengunjung.

Kegiatan Mencanting Bersama di Panggih Sedulur. (Dok. Pribadi)

Kegiatan mencanting berlangsung sepanjang acara, mulai dari open gate hingga close gate. Chris menjelaskan bahwa kegiatan mencanting di Panggih Sedulur memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kegiatan serupa di tempat lain. “Yang membedakan kegiatan mencanting di Panggih Sedulur dengan tempat lain adalah kebebasan bagi pengunjung untuk berkreasi. Panitia menyediakan dua pilihan kain, yaitu kain bermotif dan kain polos, sehingga pengunjung bisa memilih mengikuti pola yang ada atau berimajinasi sendiri,” ujarnya.

Menurut panitia, mencanting di Panggih Sedulur diharapkan dapat menjadi wadah melestarikan tradisi sekaligus melatih keterampilan budaya mahasiswa. “Kami ingin para mahasiswa memajukan budaya tradisional kita, salah satunya adalah mencanting,” tambah Chris.

Mencanting dipilih bukan sekadar aktivitas seni, melainkan juga cara panitia untuk menekankan pentingnya melestarikan tradisi. “Batik adalah kebudayaan tradisional kita, dan mencanting salah satu caranya. Kami ingin mahasiswa bisa melatih hardskill tradisional ini, yang semakin jarang dilakukan,” ujar Chris.

Editor: Tsabita Naila Shahwa

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *