Cafe Kemakmuran, Cara Kreatif Masjid 17 Gaet Generasi Muda

Purwokwerto – Masjid 17 menghadirkan inovasi unik bernama Cafe Kemakmuran yang berada di Jl. Dr. Angka, Karangjengkol, Sokanegara, Kec. Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, untuk menarik minat anak muda agar meramaikan masjid. Program ini menyediakan suasana nongkrong ala kafe di pelataran masjid setiap malam minggu.

“Tujuan utamanya itu untuk kemakmuran anak-anak muda. Biasanya nongkrongnya di kafe, tapi sekarang kita alihkan ke masjid,” ujar Yusup Susanto, Ketua BESTMA 17 (Beastudy Masjid 17) yang merupakan salah satu penggerak program tersebut. Ide ini muncul karena Masjid 17 mulai sepi setelah Ramadan. Gagasan ini juga terinspirasi dari Masjid Sejuta Pemuda di Sukabumi yang berhasil memakmurkan masjid melalui konsep serupa.

Dalam pelaksanaannya, kafe ini menjadi bagian dari rangkaian ibadah yang dimulai sejak Magrib. Setelah pengajian dan salat Isya, barulah kafe dibuka untuk umum. “Masyarakat banyak yang datang setelah Isya, dan itu tidak masalah. Kami tetap mengingatkan bahwa Cafe Kemakmuran ini bagian dari rangkaian ibadah,” kata Yusup. Dengan cara ini, masjid yang biasanya sepi di malam minggu kini berubah menjadi pusat keramaian.

Suasana santai di Cafe Kemakmuran, Masjid 17 (Foto: Dokumentasi pribadi)

Pengelolaan Cafe Kemakmuran melibatkan banyak pihak, mulai dari takmir, komunitas pemuda masjid BESTMA 17, hingga donatur utama yang dikenal sebagai Bunda Titin. Kolaborasi ini memastikan kegiatan berjalan lancar tanpa kendala berarti. Yusup menegaskan, “Kita tidak akan bergerak tanpa izin takmir, dan semua elemen pemuda ikut mendukung.” Dukungan finansial datang melalui Lazismu Banyumas yang menyalurkan infak serta sedekah para donatur.

Keunikan kafe ini terletak pada konsep gratis untuk semua menu yang tersedia. Pengunjung bisa menikmati kopi, teh, nasi kucing, mendoan, hingga gorengan singkong dan ubi tanpa membayar sepeser pun. “Masyarakat Indonesia itu kan tergiur dengan hal-hal gratis. Makanya semua pelayanan di Cafe Kemakmuran gratis, meski kami tetap menganjurkan infak,” jelas Yusup. Sumbangan sukarela inilah yang menjadi penggerak keberlanjutan program.

Dampak positif segera dirasakan masyarakat sejak kafe ini berjalan. Masjid yang dulu sepi kini dipenuhi anak muda dan keluarga setiap malam minggu. “Alhamdulillah, masyarakat mulai sadar bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga bisa menjadi tempat nongkrong,” ungkap Yusup. Inovasi ini diharapkan mampu mempererat silaturahmi, menumbuhkan kebersamaan, dan menjadikan masjid pusat aktivitas yang bermanfaat bagi semua kalangan.

Editor: Ida Fitri Nur Rahmah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *