Fakhrudin, Dua Dekade Lebih Menjahit dengan Ketelitian dan Pengalaman Lapangan

Fakhrudin (Sumber: Dokumen Pribadi)

Brebes — Di tengah banyaknya pakaian yang dijual massal di pasaran, masih ada orang-orang yang bertahan dengan keterampilan menjahit secara manual. Salah satunya adalah Fakhrudin, penjahit asal Jatibarang, Brebes, yang sudah menggeluti profesi ini selama 25 tahun. Pengalamannya membuat ia dikenal sebagai penjahit berpengalaman yang memahami berbagai jenis bahan dan model pakaian.

Awal Ketertarikan dan Belajar Menjahit

Ketertarikan Fakhrudin terhadap dunia jahit muncul sejak muda. Awalnya, ia hanya ingin membuat pakaian untuk dirinya sendiri. Namun, hobi itu perlahan berkembang menjadi keterampilan yang membawa manfaat ekonomi. “Dulu saya suka bikin baju sendiri. Lama-lama ternyata orang lain juga minta dibuatkan, dari situ jadi pekerjaan,” ujarnya.

Tahun 2000 menjadi titik awal keseriusannya menekuni profesi ini. Ia mengikuti kursus menjahit selama tiga bulan untuk mempelajari dasar-dasarnya, mulai dari membuat pola, mengukur badan, dan mengenal jenis bahan. Pengalaman menangani pelanggan kemudian memperkaya kemampuannya. “Kalau menjahit itu, teori penting, tapi yang paling banyak ngajarin ya pengalaman langsung di lapangan,” katanya.

Pakaian yang dibuat oleh Fakhrudin (Sumber: Dokumen Pribadi)

Mengelola Pesanan dengan Teliti

Usaha jahit milik Fakhrudin dijalankan di rumah orang tuanya di Jatibarang. Pelanggannya beragam, mulai dari pelajar hingga orang dewasa yang ingin membuat pakaian untuk acara atau seragam. Semua proses ia kerjakan sendiri mulai dari menerima pesanan, mengukur, membuat pola, memotong kain, menjahit hingga merapikan hasilnya. “Biasanya pelanggan datang langsung atau telepon dulu. Setelah sepakat soal harga dan model, baru saya mulai prosesnya. Kalau sudah selesai, saya kabari sesuai waktu yang dijanjikan,” jelasnya.

Bagi Fakhrudin, ketelitian adalah kunci utama. Ia menilai menjahit bukan sekadar menyatukan potongan kain, tetapi juga memahami bentuk tubuh, karakter badan, dan ketepatan ukuran. “Kalau ukurannya meleset sedikit saja, bisa kelihatan tidak pas di badan,” tambahnya.

Tantangan dari Bahan dan Model

Selama bertahun-tahun, ia menjahit berbagai model pakaian. Namun, tidak semua bahan mudah dikerjakan. Ia mengakui bahan seperti brokat, satin, dan tile menjadi tantangan tersendiri karena sifatnya yang licin dan mudah bergeser. “Kalau bahan licin, pola harus benar-benar presisi. Salah sedikit bisa bergeser waktu dijahit,” ungkapnya.

Model pakaian seperti jas pria juga membutuhkan ketelitian ekstra. “Kalau jas itu detailnya banyak. Dari potongan, kancing, sampai lipatan harus rapi dan pas di badan. Butuh waktu lebih lama dibanding pakaian biasa,” jelasnya.

Kualitas dan Kepercayaan Pelanggan

Menurutnya, mempertahankan pelanggan tidak cukup hanya dengan menawarkan harga murah. Kualitas dan tanggung jawab terhadap hasil kerja jauh lebih penting. Ia selalu memastikan jahitan rapi, sesuai ukuran, dan selesai tepat waktu. Jika ada kesalahan, ia bersedia memperbaikinya tanpa biaya tambahan. “Kuncinya ya jaga kerapian dan tepat waktu. Kalau pelanggan puas, pasti balik lagi. Saya juga biasa kasih garansi kalau ada yang mau dibetulkan,” tuturnya.

Selama dua dekade lebih, Fakhrudin berhasil membangun kepercayaan pelanggan. Di era serba instan, hasil jahitan tangan tetap memiliki nilai tersendiri karena ketepatannya sulit tergantikan mesin.

Sebagai penjahit berpengalaman, ia berharap keterampilan menjahit tetap diminati oleh generasi muda, menurutnya, keterampilan ini bisa menjadi peluang usaha menjanjikan jika dijalani dengan sabar dan tekun. “Menjahit itu bisa dipelajari siapa saja. Tapi butuh ketekunan. Kadang pesanan sepi, tapi jangan menyerah. Selalu ada orang yang membutuhkan jasa jahitan,” katanya memberi pesan.

Ke depan, Fakhrudin berharap dapat mengembangkan usahanya menjadi konveksi kecil yang memproduksi seragam sekolah sekaligus membuka lapangan kerja di lingkungan sekitarnya. “Kalau ada rezeki, pengin buka usaha yang lebih besar biar bisa bantu orang lain juga,” harapnya.

Editor: Kuat Aldiyanto

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *