Kasus Diabetes Mellitus Terus Meningkat, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ingatkan Pentingnya Pola Hidup Sehat

dr. Indra (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Purwokerto- Dalam dunia medis, penyakit dalam merupakan salah satu cabang kedokteran yang berfokus pada diagnosis dan penanganan berbagai gangguan kesehatan pada organ dan sistem tubuh manusia bagian dalam. Bidang ini menangani berbagai keluhan yang sering kali tidak tampak secara fisik, namun berdampak besar terhadap fungsi organ vital manusia.

Dalam bidang penyakit dalam, dr. Indra, Sp.PD., menjelaskan bahwa bidang penyakit dalam memiliki 12 subspesialis yang berfokus pada penanganan penyakit yang berbeda-beda. Subspesialis tersebut meliputi:

  1. Ginjal-hipertensi
  2. Paru
  3. Kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
  4. Reumatologi (sendi dan asam urat tinggi)
  5. Tropik-infeksi yang menangani penyakit menularr seperti HIV
  6. Hematologi-onkologi medik (kanker)
  7. Alergi dan imunologi yang berfokus pada gangguan akibat alergi dan sistem kekebalan tubuh,
  8. Gastroenterologi-hepatologi (lambung, maag, dan usus),
  9. Psikosomatik yang berkaitan dengan gangguan cemas, tidr, dan depresi.
  10. Geriatri yang menangani berbagai keluhan dan masalah kesehatan pada lanjut usia
  11. Pulmonologi yang berfokus pada sistem pernapasan.
  12. Endokrin-metabolik-diebetes

Dari berbagai subspesialis tersebut, Indra menyoroti satu subspesialis yang sering ia jumpai dan tangani dalam praktiknya, yaitu penyakit diabetes mellitus.

“Diabetes mellitus adalah penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan produksi insulin dalam tubuh, baik karena gangguan produksi maupun jumlahnya yang tidak cukup untuk memproses gula darah. Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat,” jelasnya.

Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan kencing manis, karena urine penderita mengandung gula yang dapat disemuti.

Menurut Indra, terdapat lima jenis diabetes mellitus yang perlu diketahui masyarakat, yaitu:

  1. Tipe 1, umumnya terjadi pada anak-anka akibat gangguan autoimun.
  2. Tipe 2, paling banyak dijumpai di Indonesia terutama pada usia di atas 35 tahun.
  3. Tipe 3, terjadi akibat pengobatan atau penyakit lain.
  4. Tipe 4 (gestasional), dialami oleh ibu hamil.
  5. Tipe 5, baru diidentifikasi pada tahun 2025 yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi atau pola makan yang buruk.

Ia menegaskan bahwa istilah diabetes kering dan basah bukan termasuk klasifikasi tipe diabetes, melainkan merujuk pada kondisi luka penderita. “Jika lukanya basah dan sulit sembuh disebut diabetes basah, sedangkan jika lukanya sudah mengering disebut diabetes kering,” jelasnya.

Indra menambahkan gejala klasik diabetes yang dikenal dengan istilah 3P, yakni Polifagia (banyak makan), Poliuria (sering buang air kecil), dan Polidipsia (sering haus). “Jika gejala 3P ini diabaikan, biasanya akan muncul keluhan lain seperti gatal, luka yang sulit sembuh, hipertensi pada pria, dan keputihan pada wanita,” ujarnya.

Menurutnya, faktor keturunan juga berperan besar dalam risiko penyakit ini. “Sekitar 60 persen kasus diabetes disebabkan oleh faktor genetik. Bila orang tua mengidap penyakit diabetes mellitus, kemungkinan besar anaknya juga akan mengalami hal yang serupa pada usia 20-30 tahun,” ungkapnya.

Indra menambahkan, kasus diabetes mellitus paling banyak ditemukan pada kelompok usia di atas 35 tahun, meskipun kini mulai banyak pula pasien berusia 20 tahun akibat pola hidup yang tidak sehat.

Jika tidak ditangain dengan baik, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius. “Komplikasi bisa terjadi pada pembuluh darah kecil maupun besar, seperti gagal ginjal, kebutaan, serangan jantung, hingga amputasi akibat luka yang tidak sembuh,” jelasnya.

Ia juga menyoroti peningkatan angka kasus diabetes di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. “Literasi kesehatan masyarakat masih rendah, pola makan tidak terkontrol, dan banyak makanan tinggi gula beredar bebas. Jika tidak ada edukasi sejak dini, jumlah kasus bisa meningkat hingga sepuluh kali lipat dalam beberapa tahun mendatang,” tuturnya.

Menurutnya, pola makan dan gaya hidup menjadi faktor utama munculnya diabetes. Negara berkembang yang mulai maju kerap mengalami lonjakan obesitas yang berujung pada diabetes, terutama karena minimnya edukasi mengenai hidup sehat.

“Fakta yang cukup mengejutkan adalah 50 persen dari penderita diabetes tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini,” ujarnya. Selain itu, banyak masyarakat yang masih percaya bahwa diabetes dapat disembuhkan dengan obat tradisional, padahal hingga kini diabetes merupakan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya.

“Diabetes tidak bisa sembuh, tapi bisa dikontrol agar tidak menimbulkan komplikasi,” jelasnya. Ia menegaskan pentingnya lima pilar pengelolaan diabetes, yaitu:

  1. Edukasi untuk meningkatkan literasi kesehatan.
  2. Diet seimbang dengan mengurangi gula dan karbohidrat berlebih.
  3. Perubahan gaya hidup, seperti olahraga rutin dan berhenti merokok.
  4. Obat-obatan, baik diminum maupun disuntikkan (insulin).
  5. Pemantauan kadar gula darah secara mandiri.

Sebagai penutup, Indra berpesan agar masyarakat mulai menerapkan pola hidup sehat sejak dini. “Kurangi konsumsi minuman manis seperti es teh dan boba, perbanyak aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda, serta tingkatkan literasi kesehatan. Dengan begitu, kita dapat mencegah diabetes mellitus sejak awal,” ujarnya menegaskan.

Editor: Rika Amelia

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *