Dari Pencarian Jurnal ke Penemuan Gen: Perjalanan Tety Hartatik Profesor di Dunia Bioteknelogi

Prof. Ir. Tety Hartatik, S.Pt., Ph.D., IPM (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ajibarang — Di balik kemajuan riset genetika ternak di Indonesia, nama Prof. Ir. Tety Hartatik, S.Pt., Ph.D., IPM menjadi simbol ketekunan dan integritas seorang ilmuwan sejati. Ia bukan hanya peneliti di balik laboratorium, tetapi juga pendidik yang menyalakan semangat ilmiah pada generasi muda, meyakinkan mereka bahwa ilmu pengetahuan tumbuh dari keberanian untuk terus belajar, meski dari tempat yang sederhana.

Sejak awal kiprahnya di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), ia dikenal sebagai sosok yang teliti, disiplin, dan penuh rasa ingin tahu. Ketertarikannya pada bioteknologi membawanya meneliti rekayasa genetik ayam agar mampu memproduksi asam amino lisin secara mandiri. Riset yang kala itu dianggap berani dan visioner. Temuan tersebut membuka peluang besar dalam efisiensi pakan dan penghematan biaya peternakan, sekaligus menandai langkah awal kontribusinya bagi dunia sains Indonesia. Penelitian tersebut kemudian dipublikasikan di Indonesian Journal of Biotechnology pada tahun 1996, momen yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademiknya. Dari sana, ia menyadari satu hal bahwa ilmu bukan sekadar pengetahuan yang disimpan, tetapi harus dibagikan agar bermanfaat bagi kehidupan.

“Ilmu harus bermanfaat. Kalau riset kita bisa membantu peternak, itu artinya ilmu benar-benar hidup,” ujarnya.

Selepas menempuh studi lanjut di Jepang melalui beasiswa Monbukagakusho, ia semakin memantapkan fokus risetnya pada bidang genetika molekuler ternak, khususnya Single Nucleotide Polymorphism (SNP) dan marker genetik. Ia percaya bahwa dengan memahami gen dan sifat genetik ternak, Indonesia dapat mengembangkan plasma nutfah unggas lokal yang lebih produktif, efisien, dan tahan terhadap penyakit.

Meski dihadapkan pada keterbatasan fasilitas dan dukungan riset di dalam negeri, Ia tidak menyerah, mengubah keterbatasan menjadi motivasi untuk berkolaborasi baik dengan peneliti dalam negeri maupun luar negeri. Bagi dirinya, kolaborasi adalah kunci agar riset Indonesia terus melaju dan berdaya saing global.

“Meneliti itu ibadah. Kita bekerja untuk memperbaiki kehidupan, bukan hanya untuk gelar,” ujarnya.

Sikap itu pula yang membuat ia disegani bukan hanya karena ilmunya, tetapi juga karena integritasnya. Dalam kesehariannya di kampus, ia dikenal sebagai dosen yang rendah hati, terbuka terhadap ide mahasiswa, dan sabar dalam membimbing. Ia kerap mengingatkan bahwa penelitian sejati tidak hanya menuntut kecerdasan, tapi juga kejujuran dan kesabaran dalam menghadapi proses panjang.

Kini, berbagai hasil penelitian Tety menjadi rujukan penting dalam pengembangan genetika ternak di Indonesia. Ia turut berperan dalam memperkuat fondasi ilmiah pengelolaan plasma nutfah unggas lokal yang menjadi aset penting bangsa. Namun, baginya prestasi terbesar bukanlah jumlah publikasi atau penghargaan, melainkan ketika hasil risetnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para peternak.

“Kalau ilmu berhenti di laboratorium, ia hanya menjadi tulisan. Tapi kalau sampai ke masyarakat, barulah ia menjadi kehidupan,” tuturnya.

Bagi para mahasiswa yang dibimbingnya, Tety adalah sosok inspiratif yang menanamkan nilai-nilai kejujuran dan ketekunan. Ia percaya bahwa peran seorang ilmuwan bukan hanya meneliti, tetapi juga menyalakan semangat pada generasi penerus agar tidak takut untuk berpikir, mencoba, dan gagal.

“Ilmu itu seperti api,” ujarnya pelan namun penuh makna. “Kalau tidak dijaga dan diteruskan, ia akan padam. Tapi kalau kita rawat bersama, ia bisa menerangi dunia.”

Dengan prinsip itu, Prof. Tety terus menulis, meneliti, dan membimbing. Bukan demi gelar, bukan demi penghargaan, tetapi demi keyakinan bahwa ilmu pengetahuan adalah bentuk tertinggi dari pengabdian kepada peradaban.

Editor : Rahsya Ayu Arshinta

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *