
Purwokerto—Komputer merupakan seperangkat alat yang mampu membaca, menulis, dan mengolah data dalam berbagai bentuk, seperti teks, angka, maupun simbol. Perangkat ini baru dapat berfungsi apabila memiliki tiga komponen utama, yaitu hardware, software, dan brainware. “Komputer tidak akan bisa dijalankan jika salah satu dari ketiganya tidak ada. Hardware adalah alatnya, software sistemnya, dan brainware adalah manusia yang mengoperasikannya,” ujar Zoffar.
Perkembangan teknologi komputer terus mengalami kemajuan sejak pertama kali diperkenalkan. Zoffar menjelaskan bahwa perjalanan komputer dimulai dari generasi awal yang dikenal dengan komputer DX hingga munculnya berbagai versi Pentium, seperti Pentium 1, Pentium 2, Pentium 3, hingga prosesor generasi terkini. Seiring perkembangan perangkat keras, sistem operasi juga mengalami kemajuan signifikan, dari DOS menuju Windows 31, Windows 311, Windows 98, Windows 2000, hingga versi modern seperti Windows XP dan sistem terbaru saat ini.
Selain kemajuan, Zoffar mengingatkan pentingnya keseimbangan antara perkembangan hardware dan software. Ia menilai bahwa seringkali kemajuan software lebih cepat dibandingkan kemampuan hardware, sehingga sebagian pengguna tidak dapat mengoperasikan program baru karena keterbatasan perangkat.
Zoffar juga menyoroti perkembangan internet di Indonesia yang mulai dikenal pada awal 1990-an. “Awalnya jaringan internet di Indonesia masih menggunakan kabel. Sekitar tahun 1993 mulai dikenal kabel optik, hingga akhirnya berkembang menjadi jaringan nirkabel atau wifi seperti sekarang,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan proses kerja komputer secara sederhana. Ketika pengguna mengetikan kata, data huruf akan dikonversi menjadi ASCII dan diproses oleh CPU. Selanjutnya, data tersebut diteruskan melalui VGA menuju layar (LCD) agar dapat ditampilkan.
Zoffar menekankan pentingnya keamanan data komputer di era digital. Ia mengingatkan bahwa hampir semua sistem kini memerlukan akun dan kata sandi sebagai bentuk perlindungan pengguna. “Keamanan data bersifat wajib karena setiap aktivitas di internet dapat terpantau melalui identitas pengguna,” ujarnya.
Terkait kecerdasan buatan (AI), Zoffar menyebut bahwa konsep ini sudah dikenal sejak tahun 1991 melalui program logika bernama Prolog. Menurutnya, AI membawa banyak manfaat, tetapi juga berpotensi menjadi ancaman jika tidak diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia. “AI mempermudah pekerjaan, tetapi jika manusia tidak siap, justru bisa menjadi bumerang,” tuturnya.
Meski demikian, Zoffar menilai AI juga membuka peluang baru, terutama di bidang teknologi dan ekonomi digital. Ia menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam memahami perkembangan teknologi. “Anak-anak muda wajib mengikuti perkembangan ini. Dunia bergerak ke arah sana, dan siapapun yang menolak dan menutup diri akan tertinggal,” ujarnya.
Zoffar menutup dengan pesan bahwa komputer dan kecerdasan buatan hanyalah alat bantu bagi manusia dalam mengambil keputusan di berbagai bidang kehidupan. Kuncinya tetap ada pada manusia sebagai pengendali teknologi.
Editor: Indriani Nurul Istiqomah