
Purbalingga–Di tengah meningkatnya kebutuhan pangan dan berkembangnya teknologi peternakan, kini beternak ayam petelur tidak lagi dianggap pekerjaan yang kuno atau kotor. Justru, bagi sebagian generasi muda, usaha ini menjadi peluang emas yang menjanjikan dan berperan penting dalam ketahanan pangan nasional.
Hal ini diungkapkan oleh Triadi Bangun Santosa, seorang peternak ayam petelur asal Kejobong Purbalingga, yang telah bertahun-tahun menekuni dunia peternakan unggas. Menurutnya, industri ayam petelur di Indonesia kini menunjukkan perkembangan yang cukup positif. “Menurut saya, dunia peternakan ayam petelur sekarang cukup baik. Apalagi dengan adanya program MBG dari pemerintah yang sangat berpengaruh terhadap harga telur,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, meskipun kondisi pasar telur terbilang stabil, harga pakan masih menjadi tantangan utama. Fluktuasi harga bahan baku seperti jagung dan dedak membuat biaya produksi sulit dikendalikan. “Sekitar 70 persen biaya produksi berasal dari pakan. Jadi kalau harga pakan naik, otomatis harga telur ikut terdorong naik,” jelasnya.

Namun, di balik tantangan tersebut, peluang untuk sukses di dunia peternakan justru semakin terbuka, terutama bagi generasi muda. “Sekarang banyak anak muda yang mulai tertarik karena hasilnya cukup menjanjikan. Tapi masih ada juga yang menganggap peternakan itu bidang yang kotor atau kurang bergengsi,” katanya sambil tersenyum.
Menurutnya, kunci untuk bertahan dan berkembang di dunia peternakan adalah manajemen yang baik dan pemanfaatan teknologi. Ia menilai pemerintah perlu terus mendukung riset dan penerapan teknologi yang bisa membantu peternak kecil meningkatkan efisiensi dan produktivitas. “Kalau ada teknologi yang bisa mempermudah peternak, hasilnya pasti lebih bagus dan efisien,” ujarnya optimis.
Selain itu, ia menekankan pentingnya perawatan kesehatan ayam dan kebersihan kandang. Menurutnya, pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. “Vaksinasi harus rutin, kebersihan kandang dijaga, dan penyemprotan disinfektan juga penting supaya kandang tetap steril,” tegasnya.
Dalam hal pakan, ia menggunakan racikan campuran jagung, dedak, dan konsentrat yang disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Menurutnya, pakan yang seimbang dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kualitas telur. Ia juga memanfaatkan limbah peternakan untuk dijadikan pupuk, sehingga tidak hanya efisien tetapi juga bernilai ekonomi tambahan.
Bagi peternak ini, kunci keberhasilan bukan hanya soal modal, tetapi juga kesabaran dan manajemen yang terukur. Ia menilai beternak ayam petelur bisa menjadi ladang rezeki yang menjanjikan asal dijalankan dengan disiplin. “Yang penting itu manajemen keuangan, kesehatan ayam, dan pemantauan pasar. Kalau dijalankan dengan baik, hasilnya tidak akan mengecewakan,” tutupnya.
Editor: Mahza Nurul Azizah