
Purwokerto — Berawal dari ketekunan meneliti dan dorongan untuk terus mengembangkan ilmu, Prof. Dattadewi Purwantini kini dikenal sebagai salah satu pakar di bidang pemuliaan itik lokal. Setelah menempuh studi doktoral di Universitas Gadjah Mada (UGM), ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) pada Maret 2022.
Penelitian di bidang pemuliaan itik lokal menjadi fokus utama Prof. Dattadewi. Ia menilai bahwa penelitian pemuliaan ternak harus dilakukan secara menyeluruh, baik di lapangan maupun di laboratorium. Karena pada saat itu fasilitas penelitian di Unsoed belum sepenuhnya lengkap, sebagian kegiatan dilakukan di laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM). Kolaborasi tersebut memperluas pengalaman sekaligus membuka peluang kerja sama lintas bidang.
Melalui kegiatan penelitian, Prof. Dattadewi juga banyak berinteraksi dengan peternak dan tenaga lapangan, sehingga dapat memahami langsung proses beternak serta tantangan yang dihadapi masyarakat. Pengalaman tersebut menjadi dasar penting dalam mengembangkan riset yang relevan dengan kebutuhan peternak lokal.
Dalam risetnya, Prof. Dattadewi memilih itik lokal sebagai objek utama karena ternak ini lebih mudah ditangani, memiliki masa pemeliharaan yang singkat, serta biaya pakan yang lebih terjangkau. Selain itu, itik merupakan ternak yang banyak ditemukan di daerah tropis Asia Tenggara dan masih jarang diteliti dibandingkan ternak besar seperti sapi atau kambing.
Ide penelitian biasanya muncul dari membaca jurnal, pengalaman lapangan, dan berdiskusi dengan sesama dosen. Sebagian besar penelitian genetik sebelumnya banyak dilakukan pada ayam, namun Prof. Dattadewi memilih fokus pada itik karena memiliki karakter yang berbeda dan lebih mudah dikembangkan dalam skala populasi besar. Menurutnya, itik lebih efisien untuk diteliti karena populasinya banyak, penanganannya cepat, dan durasi penelitiannya relatif singkat.
Penelitian yang dikembangkan Prof. Dattadewi juga menerapkan pendekatan biomolekuler untuk memahami ciri-ciri genetik itik lokal. Pendekatan ini digunakan agar penelitian tidak hanya berhenti pada pengamatan fisik, tetapi juga mampu mengungkap faktor genetik yang memengaruhi pertumbuhan dan reproduksi.
Bagi Prof. Dattadewi, setiap penelitian adalah proses belajar dan menambah pengalaman. Dari kegiatan penelitian, ia menilai bahwa pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan kerja di lapangan maupun di laboratorium. “Setiap penelitian menambah wawasan, teman, dan pengalaman baru. Yang penting dilakukan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya.
Editor: