Dr. Ari Kusmiatun Ungkap Peluang dan Strategi Mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing dalam Kuliah Pakar di Unsoed

Kuliah Pakar (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Purwokerto – Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman menyelenggarakan kuliah pakar bertema “Peluang dan Strategi Mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)” dengan menghadirkan narasumber Dr. Ari Kusmiatun, M.Hum., seorang pakar pengajaran BIPA dari Universitas Negeri Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai prospek dan strategi dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing di era global.

Dalam paparannya, Ari menjelaskan bahwa pembelajaran BIPA tidak hanya berfokus pada penguasaan tata bahasa dan kosakata, tetapi juga berperan penting dalam memperkenalkan budaya, nilai, dan karakter bangsa Indonesia kepada masyarakat dunia. Ia menegaskan bahwa program BIPA memiliki peluang besar sebagai sarana diplomasi budaya, penguatan hubungan internasional, dan pengembangan ekonomi kreatif di bidang pendidikan bahasa.

“Pembelajaran BIPA bukan hanya tentang mengajarkan bahasa, tetapi juga tentang menanamkan pemahaman terhadap budaya Indonesia. Melalui bahasa, kita memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa kepada dunia,” ujar Ari dalam pemaparannya.

Lebih lanjut, Ari menekankan bahwa peluang menjadi pengajar BIPA sangat terbuka luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Saat ini banyak lembaga pendidikan, universitas, dan kedutaan Indonesia di berbagai negara yang membutuhkan tenaga pengajar BIPA profesional. Namun, menurutnya, pengajaran BIPA juga menghadapi sejumlah tantangan, antara lain perbedaan latar belakang peserta didik, keterbatasan bahan ajar yang kontekstual, dan kurangnya inovasi dalam metode pembelajaran.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Ari menyarankan agar pengajar BIPA menerapkan pendekatan komunikatif dan kontekstual yang disertai dengan integrasi unsur budaya Indonesia dalam setiap kegiatan belajar. Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi digital dalam proses pembelajaran agar lebih menarik dan interaktif.

Dalam sesi tanya jawab, salah seorang mahasiswa menanyakan bagaimana cara menghadapi peserta BIPA yang berasal dari latar belakang budaya yang sangat berbeda. Menanggapi hal tersebut, Ari menjelaskan bahwa pengajar perlu memahami karakter budaya peserta sebelum memulai pembelajaran. “Gunakan media visual, aktivitas interaktif, dan pendekatan yang menghargai perbedaan. Guru harus mampu menyesuaikan diri dengan latar belakang peserta agar komunikasi berjalan lancar,” ujarnya.

Salah satu peserta juga bertanya tentang peran pengajar BIPA dalam diplomasi budaya. Ari menegaskan bahwa setiap pengajar BIPA sesungguhnya adalah duta bangsa. “Ketika peserta belajar bahasa Indonesia, mereka juga belajar nilai-nilai sopan santun, gotong royong, dan toleransi. Itulah bentuk diplomasi budaya yang dapat memperkuat citra Indonesia di mata dunia,” tuturnya.

Menutup sesi diskusi, Ari memberikan pesan kepada mahasiswa yang ingin berkarier sebagai pengajar BIPA agar terus meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya. “Seorang pengajar BIPA harus menguasai pendekatan interkultural, memiliki kemampuan bahasa asing yang baik, serta mencintai bahasa Indonesia. Mengajar BIPA bukan hanya profesi, tetapi juga panggilan untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia,” pesannya.

Kuliah pakar ini berlangsung secara interaktif dan penuh antusiasme. Mahasiswa tampak aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan seputar praktik pembelajaran BIPA di lapangan. Kegiatan ini memberikan wawasan baru bahwa pembelajaran BIPA tidak hanya berorientasi pada bahasa, tetapi juga memiliki peran strategis dalam memperkenalkan budaya dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.

Editor: Restu Anugrah Syafa’atullah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *