Bumirejo, 1 November 2025 — Di saat banyak orang cemas budaya Jawa akan tergerus oleh gadget, Sarbini (57) punya pandangan berbeda. Maestro Karawitan dan Wayang asal Bumirejo ini justru melihat optimisme besar di mata anak-anak muda. Menurutnya, warisan seni yang ia sebut adiluhung (bernilai tinggi) itu kini bangkit lagi, asalkan kita semua tahu caranya.
Kecintaan Sarbini pada seni sudah mendarah daging. Ia anak seniman, dan sejak kecil sudah akrab dengan suara gamelan. Dari sanalah ia menyimpulkan makna terdalam dari seninya. “Seni budaya bukan hanya sekadar tontonan, tapi juga tuntunan bagi kita semua. Ambillah yang baik, tinggalkan yang jelek,” tegas Sarbini.
Pria yang juga piawai membuat alat-alat Karawitan ini meyakini bahwa seni adalah jalan untuk mendamaikan diri. Ia tak setuju jika media sosial dianggap sebagai musuh bebuyutan. Justru, ia melihat teknologi sebagai pendukung terbesar bagi budaya Jawa Tengah. “Di era sekarang, media sangat mendukung seni budaya yang ada di Jawa Tengah,” katanya dengan bangga.
Namun, ada satu syarat mutlak agar budaya tidak punah: keteladanan. Sarbini mengingatkan, kekhawatiran itu akan hilang jika para seniman mampu menjadi contoh yang baik bagi generasi penerus. Ia juga mendesak adanya persatuan agar seni yang adiluhung ini tidak dicuri atau diakui pihak lain. “Kita harus bareng-bareng berlatih budaya dan sastra supaya jangan sampai jati diri itu hilang,” serunya.
Sebagai penutup, Sarbini membagikan filosofi yang ia pegang teguh, “Harus maju pantang mundur.” Pesan itu ditutup dengan sebuah seruan keras yang ditujukan langsung pada anak muda di seluruh Jawa: “Mari kita lestarikan bersama budaya yang adiluhung, jangan sampai orang Jawa kehilangan Jawanya. Salam budaya!”
Editor: Rafa Nasifa Rahmah
