
Sumber: Dokumen Pribadi
Wangon – Setiap tahun, Desa Cikakak,Kecamatan Wangon, Banyumas, selalu tampak semarak ketika tradisi Festival Rewanda Bojana digelar. Di kawasan sekitar Masjid Saka Tunggal, ratusan warga berkumpul membawa gunungan berisi buah-buahan, sayuran, dan hasil bumi. Semua persembahan itu dipersembahkan bukan untuk manusia, melainkan untuk penghuni hutan yaitu sekitar 500 kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang hidup di sekitar desa.
Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur sekaligus bentuk kepedulian masyarakat terhadap para kera yang kerap kesulitan mencari makanan di musim kemarau. Dalam bahasa Jawa, “Rewanda” berarti kera, sementara “Bojana” berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna perjamuan makan. Filosofinya mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Tahun ini, festival dilaksanakan pada 26 Oktober 2025 dengan menampilkan arak-arakan 13 gunungan yang diiringi parade kesenian tradisional. Mulai dari tabuhan kentongan, tarian rakyat, hingga atraksi budaya khas Desa Cikakak. Warga dari berbagai penjuru tampak antusias menyambut jalannya arak-arakan yang meriah menuju kawasan hutan tempat para kera menanti.
“Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama. Selain menjaga hubungan manusia dengan alam, juga mengajarkan kita untuk berbagi dengan makhluk lain,” tutur Hani salah satu warga desa Cikakak.
Setelah diarak, gunungan-gunungan tersebut diletakkan di titik-titik tertentu di sekitar hutan. Tak butuh waktu lama, ratusan kera segera turun dari pepohonan untuk menikmati buah dan sayur yang telah disediakan warga. Suasana penuh tawa dan kekaguman pun menyelimuti pengunjung yang datang dari berbagai daerah.
Lebih dari sekadar perayaan budaya, Festival Rewanda Bojana menjadi simbol kearifan lokal masyarakat Banyumas dalam menjaga keseimbangan alam. Melalui tradisi ini, warga Cikakak terus meneguhkan pesan bahwa manusia, hewan, dan alam adalah satu kesatuan yang saling membutuhkan.
Editor: Risma Tri Nurhana
