Film Abadi Nan Jaya: Ramuan Jamu Keabadian yang Mengharumkan Perfilman Indonesia

Purwokerto – Film “Abadi Nan Jaya”, garapan sutradara Kimo Stamboel, menjadi sorotan setelah berhasil meraih posisi film Indonesia terpopuler di platform Netflix selama tiga minggu berturut-turut sejak penayangannya pada 23 Oktober 2025. Keberhasilan ini menandai kebangkitan karya lokal yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengangkat nilai-nilai budaya Indonesia melalui kisah yang sarat makna.

Menurut data dari Netflix Indonesia (28/10/2025), film ini meraih lebih dari 12 juta penonton dalam dua minggu pertama penayangan. Capaian tersebut menjadikannya salah satu film Indonesia dengan penayangan daring tertinggi tahun ini. Abadi Nan Jaya juga menuai pujian dari berbagai kritikus film internasional karena kekuatan narasinya yang memadukan unsur tradisi, moralitas, dan pesan kemanusiaan.

Sutradara Kimo Stamboel dalam wawancaranya dengan Kumparan (24/10/2025) menjelaskan bahwa ide utama film ini berawal dari ketertarikannya terhadap warisan budaya jamu tradisional Indonesia. “Saya ingin menghadirkan kisah menegangkan, tapi tetap dekat dengan akar budaya kita. Jamu bagi saya adalah simbol kehidupan dan penyembuhan. Namun bagaimana jika ramuan itu justru membawa malapetaka?” katanya.

Film yang diproduksi oleh Netflix Indonesia ini menampilkan kisah keluarga pembuat jamu tradisional yang berusaha menemukan ramuan keabadian. Namun, ambisi itu justru membawa malapetaka ketika ramuan tersebut mengubah penduduk desa menjadi makhluk yang kehilangan kesadaran. Dalam alur yang mencekam, film ini menyelipkan renungan tentang batas antara kehidupan dan keinginan manusia untuk menantang waktu.

Keberhasilan penggambaran suasana lokal tidak lepas dari proses riset mendalam selama dua bulan yang dilakukan oleh tim penulis naskah di wilayah Bantul dan Sleman. Berdasarkan laporan Antara News (26 Oktober 2025), tim produksi melakukan wawancara langsung dengan peracik jamu tradisional serta mempelajari sejarah pembuatan jamu di Jawa. Bahan seperti kunyit, temulawak, jahe, dan daun sirih digunakan bukan sekadar properti, tetapi sebagai simbol hubungan manusia dengan alam dan keseimbangan kehidupan.

Demi menghadirkan suasana autentik, sebagian adegan produksi dilakukan langsung di dapur jamu milik warga Piyungan, Bantul. Para pemain dibor mengenal cara meracik jamu, menumbuk rempah, hingga memakai pakaian khas pengrajin tradisional. Hasilnya, film ini berhasil memunculkan kesan realistis yang membuat penonton seolah benar-benar mencium aroma tanah dan rempah dalam setiap adegannya

Kritikus film dari Medcom.id (29/10/2025) menyebut bahwa Abadi Nan Jaya adalah contoh bagaimana cerita lokal bisa diolah menjadi tontonan berkelas internasional tanpa kehilangan identitasnya. “Ramuan dalam film bukan hanya unsur cerita, tetapi refleksi dari hubungan manusia dengan alam, serta pengingat bahwa ambisi tak selalu membawa kebaikan,” tulisnya dalam ulasan tersebut.

Keberhasilan Abadi Nan Jaya tidak hanya diukur dari jumlah penontonnya, tetapi dari pesan mendalam yang disampaikan melalui akar budaya lokal. Film ini menjadi simbol bagaimana karya Indonesia dapat menembus pasar global tanpa melepaskan nilai-nilai tradisi yang diwariskan turun-temurun. Dengan perpaduan kisah, keindahan budaya, dan refleksi kehidupan, Abadi Nan Jaya mengingatkan penonton bahwa keabadian sejati bukan terletak pada hidup yang panjang, melainkan pada warisan makna yang tak lekang oleh waktu.

Editor: Yusfi Shofiyatul Azmi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *