Banyumas – Di setiap perayaan desa, suara bambu yang berpadu ritmis dengan tabuhan sederhana selalu berhasil menarik perhatian warga Ajibarang. Tradisi kentongan thek-thek kini bukan sekadar alat komunikasi kuno, tetapi telah bertransformasi menjadi kesenian rakyat yang menghidupkan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Banyumas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Menurut artikel Radar Banyumas berjudul “Sejarah Alat Musik Tradisional Kentongan, Khas dari Kabupaten Banyumas” (13 September 2023), kentongan awalnya digunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat, baik untuk memberi tanda bahaya, panggilan warga, maupun penanda waktu malam. Seiring perkembangan zaman, fungsi tersebut berubah menjadi sarana ekspresi seni dan budaya.
Masih dari sumber yang sama, bentuk pertunjukan kentongan sebagai musik thek-thek mulai dikenal sekitar tahun 1997 di Desa Ajibarang Kulon, kawasan Tambakan, Banyumas. (Sumber: Radar Banyumas)
Lebih dari sekadar hiburan, kentongan thek-thek menjadi simbol solidaritas sosial. Setiap ketukan bambu mencerminkan nilai-nilai persatuan, kerja sama, dan rasa bangga terhadap identitas Banyumasan. Dalam setiap penampilannya, kentongan menyatukan berbagai generasi—dari anak-anak hingga orang tua—dalam semangat yang sama: menjaga kearifan lokal agar tetap hidup dan dikenal.
Kehadiran kentongan thek-thek membuktikan bahwa tradisi tidak harus ditinggalkan. Selama masih ada warga yang dengan penuh semangat memukul bambu dan menjaga irama “thek-thek”, maka suara kebersamaan khas Banyumas akan terus bergema dari Ajibarang ke seluruh penjuru daerah.
Editor: Yasfika Afilia
