Purwokerto – Suara musik cepat, potongan video singkat, dan ekspresi kreatif itulah ciri khas TikTok. Tapi kini, di balik tarian dan tren viral, muncul satu fenomena menarik: BookTok, gerakan literasi digital yang menghidupkan kembali minat baca di kalangan anak muda.
Melalui video berdurasi satu menit, pengguna TikTok berbagi rekomendasi buku, ulasan singkat, hingga kutipan inspiratif dari karya sastra. Konten ini membuat dunia literasi terasa lebih dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak buku lama kembali laris karena viral di TikTok, membuktikan bahwa media sosial bisa menjadi jembatan antara hiburan dan pendidikan.
“Awalnya cuma iseng nonton konten orang bahas buku, tapi malah keterusan. Sekarang tiap bulan aku beli minimal satu buku karena pengaruh TikTok,” ujar Alysa, salah satu pengguna aktif yang kerap mengikuti tagar BookTok. Ia menilai tren ini membuat kegiatan membaca terasa lebih seru karena bisa dibagikan dan dibahas bersama teman-teman secara daring.
Namun, di sisi lain, kebiasaan membaca cepat lewat ringkasan singkat bisa membuat pemahaman terhadap isi buku berkurang. “Kadang orang cuma tahu bagian menariknya aja, bukan keseluruhan cerita. Tapi setidaknya itu langkah awal buat kembali suka baca,” tambah Lala sambil tersenyum.
Meskipun begitu, BookTok telah membuka jalan baru bagi dunia literasi. Ia mengubah citra membaca yang dulu dianggap membosankan menjadi aktivitas sosial dan menyenangkan. Di era ketika perhatian manusia semakin pendek, mungkin inilah bentuk baru literasi: cepat, menarik, dan tetap bermakna.
