Viralnya ‘Avoidant’: Dari Bahasa Gaul di Medsos hingga Perbincangan Serius tentang Gaya Keterikatan

Puwokerto – Istilah “avoidant” kini tak hanya menjadi bahasan serius di ruang konsultasi psikologi, tetapi juga telah menjadi bahasa gaul yang viral di media sosial. Seperti dilaporkan Kompas.com (2/10/2025), kata ini kerap digunakan untuk menyindir sikap menghindar, sementara di platform seperti TikTok, konten yang mendalami “avoidant” sebagai gaya keterikatan (attachment style) seperti video dari akun @davesebastian77—mendapat respons luas. Fenomena ini menguak dinamika linguistik digital dan tingginya minat generasi muda terhadap literasi psikologi hubungan.

Melalui video pendeknya, @davesebastian77 menjabarkan ciri-ciri “avoidant” dalam konteks hubungan asmara seperti kesulitan mengekspresikan perasaan dan kecenderungan menjauh saat hubungan semakin intim. Konten tersebut, yang telah ditonton puluhan ribu kali, memantik ribuan komentar dari penonton yang berbagi pengalaman pribadi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa istilah tersebut telah menjadi sebuah kerangka bagi banyak orang untuk memahami dinamika hubungan mereka.

Di saat yang sama, seperti dicatat dalam artikel Kompas.com, kata “avoidant” telah mengalami pergeseran makna dalam percakapan sehari-hari di media sosial. Istilah teknis psikologi ini kini digunakan sebagai bahasa gaul, misalnya dalam kalimat “dia tuh avoidant banget kalau diajak serius,” yang mengaburkan batas antara deskripsi psikologis dan sekadar label untuk perilaku sehari-hari.

Kombinasi dari kedua fenomena ini yakni viralnya konten edukatif dan adaptasinya menjadi slang menciptakan sebuah landscape linguistik yang unik. Di satu sisi, ada upaya untuk memahami konsep tersebut lebih dalam, seperti yang terlihat di kolom komentar video @davesebastian77. Sementara di sisi lain, terjadi penyederhanaan makna yang masif di ruang digital yang lebih luas, di mana “avoidant” bisa kehilangan kedalaman makna klinisnya dan berubah menjadi sekadar tren bicara.

Merespons hal ini, menurut pendapat seorang guru Bahasa Indonesia menilai fenomena ini sebagai cerminan dari bagaimana media sosial mempercepat evolusi bahasa.

Dari sudut pandang literasi digital, situasi ini menempatkan pengguna pada posisi yang perlu kritis. Mereka dihadapkan pada konten yang informatif sekaligus penggunaan istilah yang sering kali dangkal dalam percakapan sehari-hari di media sosial. Kemampuan untuk membedakan antara penggunaan istilah sebagai alat refleksi diri yang serius dan sekadar sebagai label gaul menjadi keterampilan baru yang diperlukan.

Viralnya istilah “avoidant“, baik sebagai topik diskusi psikologi yang serius di TikTok maupun sebagai bahasa gaul di medsos, menandai sebuah era baru dalam literasi masyarakat. Generasi muda secara aktif mencari dan menggunakan bahasa untuk menggambarkan pengalaman psikologis mereka, sebuah langkah yang progresif. Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa kedalaman makna dari istilah-istilah semacam itu tidak tergerus oleh arus viralitas, sehingga peningkatan kesadaran tidak berakhir pada simplifikasi yang menyesatkan.

Editor: Niken Awra Salsabila

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *