Purwokerto –Di kalangan anak muda, berbicara menggunakan bahasa asing kini dianggap keren dan modern. Tak sedikit yang merasa lebih percaya diri ketika menyisipkan kata-kata bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Fenomena ini bahkan sering dikaitkan dengan kelas sosial, seolah-olah kemampuan berbahasa asing mencerminkan status dan kecerdasan seseorang. Sementara itu, penggunaan bahasa ibu mulai tersisih dan dianggap kuno.
Padahal, bahasa ibu memiliki peran penting dalam pembentukan karakter, nilai, dan identitas budaya. Melalui bahasa ibu, seseorang belajar memahami adat, sopan santun, dan cara berpikir masyarakatnya sendiri. Ketika generasi muda mulai meninggalkan bahasa daerah, perlahan hilang ikatan dengan budaya yang menjadi bagian dari jati diri bangsa.
Menurut hasil penelitian Universitas Pamulang (Desi Karolina Saragih, 2022) dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, bahasa sebagai bagian dari budaya Indonesia kini rentan terpengaruh arus globalisasi. Dominasi bahasa Inggris sebagai bahasa internasional membuat penggunaannya semakin meluas di Indonesia. Fenomena ini dipicu oleh gaya hidup dan pengaruh media global yang menjadikan bahasa asing tampak lebih bergengsi. Akibatnya, banyak anak muda lebih bangga menggunakan bahasa asing, sementara peran bahasa ibu sebagai identitas budaya bangsa mulai terabaikan.
Salah satu penyebab generasi muda lebih bangga menggunakan campuran bahasa adalah karena mereka menganggap bahasa tersebut lebih gaul dan keren dibandingkan bahasa Indonesia. Kondisi ini tentu mengurangi kekhasan dan nilai bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan bangsa. Untuk mengatasinya, diperlukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia di berbagai daerah. Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam menanamkan kebiasaan berbahasa Indonesia sejak dini, agar anak-anak tidak terbiasa meninggalkan bahasa ibu.
Bahasa asing memang penting untuk menghadapi dunia global, namun bahasa ibu tetap harus menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa. Melestarikan bahasa Indonesia dan bahasa daerah bukan berarti menolak perkembangan, melainkan menjaga jati diri di tengah perubahan zaman. Dengan menumbuhkan rasa bangga berbahasa Indonesia sejak dini, generasi muda diharapkan mampu menjadi pribadi yang modern tanpa kehilangan akar budaya bangsanya.
Editor: Anisa Dwi Aryanti
