Tren Bahasa Paksel di Purwokerto: Kreativitas Remaja dalam Ruang Digital dan Tantangan Penggunaan Bahasa Baku

Purwokerto— Fenomena penggunaan bahasa paksel atau ngapak Jakarta Selatan kini semakin populer di kalangan remaja Purwokerto. Ragam bahasa ini merupakan perpaduan logat ngapak Banyumasan dengan gaya tutur anak Jakarta Selatan yang dipenuhi kosakata gaul dan campur kode bahasa Inggris. Populer melalui media sosial TikTok oleh kreator @raflychaniago, bahasa paksel menjadi ciri komunikasi digital yang dianggap lucu, kreatif, dan mengikuti tren kekinian.

Penggunaan bahasa paksel tidak hanya ramai terdengar dalam percakapan daring, tetapi juga mulai masuk ke lingkungan sekolah. Dalam sejumlah penelitian terkait literasi digital remaja di Indonesia, media sosial disebut memiliki pengaruh besar terhadap pola berbahasa generasi muda yang kini lebih bebas berekspresi melalui ragam bahasa nonbaku. Remaja memanfaatkan gaya tutur tertentu sebagai penanda identitas kelompok dan kedekatan pergaulan.

Namun, hasil kajian sosiolinguistik juga menunjukkan bahwa maraknya campur kode dan bahasa gaul berpotensi memengaruhi kemampuan berbahasa baku siswa di konteks akademik. Dalam beberapa penelitian pendidikan bahasa Indonesia, ditemukan gejala siswa masih sering menggunakan kosakata informal dalam tugas sekolah dan tulisan resmi karena terbiasa memakainya dalam percakapan sehari-hari.

Meskipun demikian, pakar linguistik Indonesia seperti yang disampaikan Prof. Mahsun (Universitas Mataram) dalam kajian perkembangan bahasa daerah menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan bagian alami dari evolusi bahasa dan kreativitas penuturnya. Bahasa akan terus berkembang mengikuti zaman, terutama melalui pengaruh teknologi digital dan budaya populer.

Selaras dengan itu, pakar pendidikan bahasa menekankan pentingnya literasi digital bagi pelajar agar mampu membedakan konteks penggunaan bahasa. Ragam bahasa nonbaku seperti paksel dinilai tidak menjadi masalah selama siswa tetap dapat menerapkan bahasa Indonesia baku pada situasi akademik dan komunikasi resmi.

Fenomena bahasa paksel di Purwokerto menunjukkan bahwa media sosial telah mempercepat lahirnya variasi bahasa baru di kalangan remaja. Kreativitas kebahasaan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran linguistik di sekolah, sekaligus menjadi pengingat bahwa kemampuan beralih register dari informal ke formal merupakan keterampilan penting dalam pendidikan berbahasa Indonesia.

Editor: Marsya Adinda Thalia Maliki Putri

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *