Purwokerto-Di era sekarang semua orang bebas untuk berekspresi baik itu di dunia maya maupun dunia nyata. Banyak orang yang kurang bijak dalam berbahasa pada saat menggunakan media sosial yang bisa membuat salah paham dan konflik.
Literasi digital bukan hanya tentang bisa menggunakan teknologi, tetapi tentang bagaimana kita berkomunikasi di ruang online, “banyak orang pintar akademik, tetapi belum tentu paham etika berbahasa” ujar Nova.
Di media sosial menulis komentar yang niatnya bercanda juga dapat membuat tersinggung jika di tulis tidak menggunakan nada dan konteks, “Teks itu tidak punya intonasi seperti kita biacara langsung, jadi hati-hati dalam menggunakan bahasa supaya tidak disalahartikan” Ujarnya.
Fenomena ini juga diakui oleh banyak mahasiswa yang aktif di media sosial. Salah satunya Akna mahasiswa semester 3 yang pernah terlibat perdebatan di kolom komentar, ” Padahal disitu saya menulis menggunakan bahasa yang jika di baca akan biasa saja, tetapi ada orang yang membaca menggunakan nada tinggi dan menurutnya itu menantang, setelah kejadian itu saya langsung berhati-hati dalam menuliskan komentar di internet karena semua orang membaca kalimatnya dengan nada yang berbeda.”
Kemampuan literasi digital harus ditingkatkan, terutama di kalangan muda yang aktif online setiap hari. Literasi digital bukan hanya soal mengetahui mana berita yang benar atau hoaks, tetapi juga bagaimana menjaga empati dan sopan santun dalam berbahasa. Jika dunia nyata punya etika, dunia maya juga perlu. Bedanya, pada dunia kata-kata digital yang sudah ditulis bisa disimpan dan disebarkan selamanya.
Editor: Tsania Kasyifa Rizqi
