Sendirian Bukan Berarti Sepi: Opini tentang Mental Anak Kost di Perantauan

Sumber Foto: Google

Purwokerto — Hidup jauh dari keluarga bukan selalu berarti menyedihkan. Iin Insyiroh, mahasiswa asal Majalengka, Jawa Barat, mengaku bahwa menjadi anak kost justru membuatnya lebih menikmati waktu sendiri.

Meski begitu, ada kalanya Iin merasa kesepian, terutama saat malam hari. Ia mengatakan, rasa sepi itu tidak sampai membuatnya tertekan, tetapi cukup membuatnya lemas dan malas melakukan aktivitas. “Kalau lagi ngerasa sepi, biasanya aku langsung telepon orang rumah. Jadi lebih semangat lagi, setidaknya rasa sepinya berkurang,” ujarnya.

Menurut Iin, tekanan mental pada anak kost tergantung kepribadian masing-masing. Mahasiswa yang sudah terbiasa hidup sendiri cenderung lebih tenang, sedangkan yang tidak terbiasa akan lebih mudah merasa stres. Dukungan dari teman dan lingkungan sekitar juga berpengaruh besar terhadap kondisi mental.

Untuk mengatasi kesepian, Iin biasanya mengisi waktu dengan membaca buku atau novel sebagai bentuk pelarian positif. Ia berpendapat bahwa banyak anak kost memilih memendam perasaan karena belum terbiasa terbuka, sehingga isu kesehatan mental sering dianggap hal yang sepele.

“Kalau sudah ngerasa nggak sehat banget, aku pilih istirahat atau tidur. Itu cara sederhana buat nenangin diri,” ungkapnya.

Dari kisah Iin, terlihat bahwa mental anak kost sangat dipengaruhi oleh cara mereka memahami diri sendiri. Kesadaran menjaga kesehatan mental perlu tumbuh sejak awal merantau — bukan hanya untuk bertahan, tapi juga agar bisa benar-benar menikmati hidup mandiri.

Editor: Irhan Sasi Kirana

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *