Sumber: Koleksi Pribadi Anandika
BANJARNEGARA — Kesibukan kuliah, organisasi, dan aktivitas di luar kampus kerap membuat mahasiswa kewalahan. Namun, Anandika membuktikan bahwa kesibukan bukan alasan untuk berhenti berkembang. Dengan manajemen waktu yang terstruktur, mahasiswa semester tujuh ini mampu menjadikan aktivitas padat sebagai energi untuk terus produktif.
Anan aktif menjalankan berbagai peran, mulai dari Duta Wisata Banjarnegara, Sekretaris Ikatan Kakang Mbekayu Banjarnegara (IKAMURA), Ketua Himpunan Mahasiswa Salut Kerida Caraka (HIMASAKA), hingga pengajar ekstrakurikuler drumband, dan public speaking. Ia juga menjadi kader Posyandu Remaja Desa Kaliajir, bendahara lembaga pendidikan Al-Qur’an, serta terlibat dalam kegiatan seni dan persiapan lomba tingkat kecamatan.

Sumber: Koleksi Pribadi Anandika
Di balik rutinitas padat itu, Anan memiliki strategi efektif. “Setiap hari saya membuat jadwal dan mengaturnya setiap pagi. Saya memakai skala prioritas, mana yang paling dibutuhkan dahulu. Jika ada agenda mendesak untuk organisasi, maka saya dahulukan,” ujarnya.
Di tengah fenomena multitasking digital, sebagian generasi muda terseret arus distraksi, kehilangan kemampuan fokus, dan cenderung menunda-nunda. Kisah Anan menunjukkan bahwa produktivitas bukan sekadar sibuk, melainkan kemampuan menetapkan prioritas, mengatur waktu, dan bertanggung jawab atas pilihan. Di tengah distraksi digital dan budaya serba cepat, manajemen waktu menjadi keterampilan penting bagi generasi muda. Kesuksesan bukan hanya milik yang pintar, tetapi mereka yang mampu mengelola waktu dengan bijak.
Kesimpulannya, kesibukan menjadi masalah ketika seseorang tidak tahu prioritas. Bagi mereka yang mampu menatanya, kesibukan justru menjadi jalan untuk meraih prestasi.
Editor: Barginia Anindya Maharani
