Pasar Grumung Losari, Tempat Cerita dan Kehidupan Dimulai Setiap Pagi

Sumber: Dokumen Pribadi

Purbalingga — Di tepi jalan Desa Losari, Purbalingga, aroma gorengan mulai menyeruak sejak fajar menyingsing. Saat azan subuh baru saja usai, satu per satu pedagang datang menata dagangan mereka. Inilah Pasar Grumung, pasar pagi sederhana yang menjadi denyut kehidupan warga Losari setiap harinya.

Nama grumung sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti berkerumun. Benar saja, pasar ini hidup karena kerumunan orang-orang. Para penjual yang sigap membuka lapak, pembeli yang menawar sambil bercengkerama, serta suara tawar-menawar yang bersahutan, berpadu dengan deru kendaraan yang melintas.

Mulai dari lontong, bakwan, risol, sayur-mayur, dan buah-buahan tersedia lengkap di pasar ini. Warga datang bukan sekadar berbelanja, tetapi juga untuk berbagi cerita dan sapaan pagi.

Siti, salah satu penjual jajanan pasar yang berjualan di sana, tersenyum ketika ditanya mengapa masih semangat berjualan setiap pagi.

“Bahagia selalu karena sudah menjadi kewajiban kegiatan rutinitas sebagai pejuang receh,” ujarnya sambil menata baki berisi gorengan.

Aktivitas di Pasar Grumung biasanya dimulai sehabis subuh dan berakhir sekitar pukul sembilan pagi. Setelah itu, jalan kembali lengang, menyisakan jejak sisa sayur dan tawa pagi yang perlahan memudar bersama matahari yang kian tinggi.

Bagi warga Losari, Pasar Grumung bukan sekadar tempat transaksi, melainkan ruang kebersamaan, tempat di mana kehidupan desa berdetak hangat setiap pagi, dalam aroma pangan dan suara tawa yang tak pernah benar-benar hilang.

Editor: Kuat Aldiyanto

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *