Dokumen pribadi
Purwokerto—Fenomena Korean Pop atau yang biasa disebut K-Pop di Indonesia terus bertumbuh pesat hingga saat ini. Istilah Korean Pop atau K-Pop adalah musik populer asal Korea Selatan yang terdiri dari berbagai genre musik seperti hip hop, pop, rock, R&B, hingga lagu-lagu rakyat yang dibawakan secara perorangan maupun grup. Musik, gaya hidup, hingga cara berpakaian para idol Korea Selatan menjadi inspirasi bagi banyak anak muda. Namun, di balik semaraknya budaya ini, muncul kecenderungan baru yang menarik perhatian, yaitu perilaku konsumtif di kalangan penggemar.
Banyak penggemar membeli album, merchandise, hingga tiket konser bukan lagi semata karena kecintaan terhadap musik, melainkan sebagai cara menunjukkan loyalitas dan status sosial dalam komunitas fandom. Mereka berlomba-lomba memiliki koleksi lengkap agar dianggap sebagai penggemar sejati.
Fenomena ini tampak di kalangan remaja dan mahasiswa di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bogor, dan Semarang. Peningkatan minat terhadap produk K-Pop juga didorong oleh kemudahan akses digital dan media sosial, yang membuat setiap perilisan baru langsung menjadi tren. Perilaku semacam ini dikategorikan sebagai bentuk konsumsi simbolik, di mana barang yang dibeli tidak lagi berfungsi sebagai kebutuhan, melainkan sebagai penanda identitas diri.
Budaya fandom memang memiliki daya tarik tersendiri. Ia memberi rasa kebersamaan dan solidaritas di antara penggemar. Namun ketika semangat tersebut berubah menjadi ajang pamer dan kompetisi, nilai positifnya pun memudar. Banyak mahasiswa mengaku rela menabung demi membeli edisi terbatas dari idola mereka, meski terkadang tak benar-benar membutuhkan barang tersebut.
Sebagai bagian dari generasi muda, kita perlu memandang fenomena ini dengan lebih kritis. Menggemari budaya luar tidak salah, selama disertai kesadaran untuk mengatur prioritas dan memahami batas kemampuan diri. Loyalitas seharusnya tidak diukur dari jumlah album yang dimiliki, tetapi dari bagaimana penggemar bisa menghargai karya sang idola tanpa kehilangan kendali atas diri sendiri.
Budaya K-Pop semestinya menjadi ruang ekspresi yang sehat, tempat kita belajar menghargai kreativitas, bukan tempat terjebak dalam pola konsumsi yang berlebihan.
Editor: Velen Candra Nadia
