Bahasa Gaul sebagai Objek Penelitian dan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Purwokerto— Bahasa gaul di era digital semakin berkembang sehingga terciptalah berbagai istilah baru yang terdengar unik, kece, dan keren. Kata-kata dari bahasa gaul, seperti bestie, fomo, di luar nurul, gemoy, dan anjay, kini tidak hanya untuk berkomunikasi sehari-hari tetapi juga dimanfaatkan sebagai objek penelitian sekaligus bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


Mahasiswa, guru bahasa, dosen, dan peneliti di berbagai lembaga pendidikan mulai menjadikan bahasa gaul sebagai objek kajian linguistik serta bahan ajar kontekstual di sekolah dan universitas. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa gaul tidak hanya dianggap sebagai tren komunikasi, tetapi juga sebagai objek kajian yang diteliti secara akademik.


Pengajar bahasa memanfaatkan kata-kata gaul sebagai contoh dalam analisis struktur kalimat, analisis makna, hingga perubahan makna akibat pengaruh media sosial. Hal tersebut, membuat siswa lebih mudah memahami materi karena menggunakan bahasa yang digunakan setiap hari. Dosen, mahasiswa, peneliti, dan guru bahasa memanfaatkan kata-kata gaul untuk dianalisis ragam bahasa, kesantunan berbahasa, dan pergeseran makna.


Bahasa gaul yang terus muncul dan bertambah menjadi salah satu data penelitian yang menarik dalam dunia akademik. Bahasa gaul menjadi data penting dalam penelitian kebahasaan, seperti kajian sosiolinguistik, semantik, sintaksis, psikolinguistik, dan masih banyak lagi. Bahasa gaul dapat dijadikan objek penelitian karena merupakan bentuk perkembangan bahasa baru yang menarik untuk dianalisis serta memiliki potensi kebaruan atau novelty dalam penelitian bahasa.


Dengan adanya pemanfaatan bahasa gaul dalam penelitian dan pembelajaran, diharapkan siswa serta mahasiswa dapat memahami bahwa bahasa bersifat dinamis dan terus berkembang. Hal ini bukan hanya memperkaya wawasan kebahasaan tetapi juga menumbuhkan sikap kritis terhadap penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa gaul pada akhirnya menjadi jembatan antara akademik dengan realitas sosial.

Editor : Mahza Nurul Azizah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *