Di tengah pesatnya perkembangan industri modern, upaya pelestarian budaya lokal terus mendapat perhatian. Salah satunya adalah langkah Dejarumi, usaha kreatif asal Purwokerto yang berkomitmen menjaga warisan budaya Banyumas melalui karya batik berbasis kearifan lokal. Nama Dejarumi berasal dari bahasa Banyumasan yang berarti dijahit, melambangkan semangat untuk menyatukan nilai budaya, manusia, dan kreativitas dalam satu karya.
Menurut kajian Samongilailai dan Utomo (2023), pelestarian budaya dapat dilakukan tidak hanya melalui pewarisan bentuk tradisional, tetapi juga lewat kegiatan ekonomi kreatif yang menyesuaikan nilai-nilai budaya dengan perkembangan zaman. Hal itu tampak dalam kiprah Dejarumi yang berusaha menghidupkan kembali batik Banyumas lewat desain modern dan keterlibatan masyarakat lokal.
Dalam praktiknya, Dejarumi tidak sekadar menjadi produsen mode, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan sosial. Proses produksinya melibatkan perempuan pengrajin dan penyandang disabilitas yang ikut menjahit dan mendesain. “Kami ingin membuat usaha yang bukan hanya soal fashion, tapi juga tentang kemanusiaan,” ujar Ari Nugroho, pendiri Dejarumi. “Dari awal saya ingin Dejarumi menjadi ruang kolaborasi, tempat di mana pembatik, penjahit, dan teman-teman difabel bisa berkarya bersama. Jadi bukan hanya kain yang dijahit, tapi juga hubungan antar manusia.”
Batik menjadi medium utama Dejarumi untuk memperkenalkan identitas Banyumas kepada masyarakat luas. Setiap pola dan warna yang dihasilkan tidak sekadar hiasan visual, tetapi juga merepresentasikan filosofi hidup masyarakat Banyumas, mulai dari kesederhanaan hingga semangat gotong royong.
“Biasanya ide datang waktu saya membaca atau mengunjungi tempat-tempat di Banyumas. Dari situ muncul inspirasi untuk motif baru,” tutur Ari. Dari proses itu, batik tidak hanya berfungsi sebagai busana, tetapi juga menjadi sastra visual yang menuturkan kisah manusia, alam, dan nilai-nilai budaya yang hidup di Banyumas.
Melalui karyanya, Dejarumi membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat tumbuh seiring dengan inovasi dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pendekatan kreatif, tradisi Banyumas tidak hanya dipertahankan, tetapi juga dihidupkan kembali dalam bentuk yang relevan bagi generasi sekarang.
“Setiap jahitan punya cerita,” ujar Ari dengan senyum hangat. “Bagi kami, menjahit bukan hanya menyatukan kain, tapi juga menyatukan nilai-nilai budaya yang hampir terlupakan.”
Sebagai wujud nyata semangat pelestarian, Dejarumi tidak hanya memperkenalkan kembali batik Banyumas kepada publik, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa budaya adalah identitas yang harus dijaga. Dalam setiap helai kain dan guratan motifnya, tersimpan pesan tentang cinta tanah kelahiran dan tanggung jawab untuk meneruskan warisan leluhur kepada generasi mendatang.
Melalui langkah kecil seperti ini, pelestarian budaya bukan lagi sekadar wacana, melainkan praktik hidup, yang dijahit dengan ketulusan, kreativitas, dan rasa bangga terhadap jati diri bangsa.
Editor: Khansa Faiza Rahmah
