
Purwokerto – Peringatan Hari Ayah Nasional yang jatuh setiap tanggal 12 November menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia untuk menghargai peran ayah dalam keluarga. Tradisi ini mulai dikenal luas sejak ditetapkan oleh Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) pada tahun 2006 di Surakarta. Sejak saat itu, Hari Ayah terus diperingati di berbagai daerah dengan cara yang beragam.
Di berbagai kota, peringatan ini dilakukan melalui kegiatan sederhana seperti memberikan ucapan, hadiah, atau sekadar makan bersama keluarga. “Bukan soal hadiah, tapi ya soal perhatian dan rasa terima kasih dari anak-anak,” ujar Saejudin, seorang ayah. Hal ini menunjukkan bahwa makna peringatan Hari Ayah lebih menekankan pada nilai kebersamaan dan penghormatan.
Hari Ayah juga memiliki nilai budaya yang kuat karena memperkuat hubungan antaranggota keluarga. Dalam budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kekeluargaan, sosok ayah dianggap sebagai simbol tanggung jawab dan pelindung. Tradisi ini sekaligus menjadi sarana untuk melestarikan nilai-nilai hormat kepada orang tua.
Selain itu, sejumlah sekolah dan komunitas sering mengadakan acara khusus untuk memperingati Hari Ayah. Ketua POM TD–PG–TK Kesatuan, Adilla Kurnia Tri Utami, menyebut kegiatan ini juga berkat kerja sama para ibu yang berupaya mengajak suami ikut serta. “Anak-anak biasanya berangkat tanpa ayah. Tapi hari ini mereka bangun lebih pagi karena tahu akan ke sekolah bersama ayah. Banyak yang terharu, bahkan ada video anak mengucapkan terima kasih dan cinta kepada ayahnya,” ujar Adilla (sumber:Radar Bogor).
Dengan demikian, peringatan Hari Ayah di Indonesia tidak hanya menjadi momen seremonial, tetapi juga wujud dari budaya menghormati orang tua. Melalui kegiatan dan ungkapan kasih sayang, masyarakat menunjukkan bahwa nilai kekeluargaan masih menjadi bagian penting dalam kehidupan. Peringatan ini diharapkan terus menguatkan makna keluarga sebagai pondasi budaya bangsa.
Editor: Linda Rahma Agnia
