Purwokerto — Aplikasi perpustakaan digital nasional iPusnas kembali menjadi sorotan publik setelah pembaruan ke versi terbaru, iPusnas 2.0.5. Kini aplikasi tersebut tercatat memiliki 73.302 judul buku dengan total 891.397 salinan ebook yang dapat diunduh. Namun, di balik peningkatan koleksi itu, berbagai keluhan bermunculan dari pengguna yang merasa kenyamanan membaca justru menurun.
Masalah Usai Pembaruan Versi Baru
Sejak iPusnas beralih ke domain ipusnas2.perpusnas.go.id, banyak pengguna melaporkan bahwa seluruh riwayat buku yang pernah dibaca maupun dipinjam hilang. “Semua data buku yang sudah pernah dibaca hilang, jadi seperti mulai dari nol lagi,” keluh salah satu pengguna. Selain itu, pengguna mengeluhkan tidak adanya notifikasi pengingat ketika masa pinjam hampir berakhir serta ketiadaan sistem antrean yang jelas. Akibatnya, proses peminjaman buku populer terasa seperti “gacha keberuntungan” karena pengguna tidak tahu kapan buku akan tersedia.
Kendala Teknis dan Antarmuka yang Membingungkan
Keluhan tidak berhenti di situ. Sejumlah pengguna juga menilai bahwa aplikasi sering keluar sendiri secara tiba-tiba (crash). Buku yang sudah berhasil dipinjam pun kadang tidak bisa dibuka, sehingga menghambat aktivitas membaca. Selain itu, tampilan aplikasi dianggap berubah dan membuat sebagian pengguna kesulitan beradaptasi.
iPusnas memiliki kelemahan dalam aspek User Control and Freedom, Error Prevention, serta Aesthetic and Minimalist Design. Di sisi lain, aplikasi ini dinilai kurang efisien dan antarmukanya belum ramah pengguna, meskipun tetap memudahkan akses literasi digital.

Data dan Reaksi Pengguna di Media Sosial
Selanjutnya, riset menunjukkan bahwa meski 72,6% pengguna merasa puas dengan keberadaan iPusnas, sisanya masih menganggap banyak fitur belum optimal, terutama dalam hal stabilitas sistem dan kenyamanan penggunaan. Perpustakaan Nasional mencatat sekitar 50.000 pengguna mengantre untuk meminjam buku digital. Hal ini menandakan bahwa sistem distribusi koleksi masih terbatas.
Di berbagai platform media sosial, terutama X (dahulu Twitter), pengguna ramai-ramai menumpahkan kekesalan mereka terhadap pembaruan ini. Beberapa di antaranya menulis cuitan dengan nada marah karena tidak bisa mengakses atau membuka buku yang sebelumnya sudah mereka simpan. Tangkapan layar keluhan tersebut kini beredar di komunitas literasi digital sebagai bentuk protes terhadap pembaruan yang dianggap tidak berpihak pada pembaca.
Harapan Pengguna terhadap Perbaikan Aplikasi
Meskipun banyak kritik, sebagian pengguna tetap mengapresiasi kehadiran iPusnas sebagai langkah pemerintah memperluas literasi digital di Indonesia. Mereka berharap pembaruan berikutnya dapat lebih stabil, ramah pengguna, serta menjaga histori bacaan agar tidak hilang setiap kali versi baru dirilis.
Dengan koleksi yang semakin banyak dan semangat membaca digital yang terus tumbuh, pengguna berharap iPusnas mampu berbenah agar tidak hanya unggul dalam jumlah koleksi, tetapi juga dalam memberikan pengalaman membaca yang nyaman dan berkelanjutan.
