Di tengah maraknya budaya digital, fanfiction tumbuh menjadi wadah ekspresi baru bagi remaja dan mahasiswa. Melalui platform seperti Wattpad, Archive of Our Own (AO3), hingga forum daring seperti KaryaKita.id, ribuan penggemar menulis ulang kisah favorit mereka dengan imajinasi baru.
Fenomena ini semakin mencuat sejak 2020, ketika masa pandemi membuat banyak orang menghabiskan waktu di dunia maya. Berdasarkan laporan DataIndonesia.id (2024), pengguna Wattpad di Indonesia mencapai lebih dari 5 juta akun aktif, menjadikan Indonesia salah satu komunitas penulis dan pembaca fanfiction terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Larissa, mahasiswa Universitas Padjajaran, fanfiction menjadi ruang latihan menulis yang menyenangkan. “Awalnya cuma iseng menulis ulang karakter favorit dari film, tapi ternyata banyak yang baca dan kasih masukan. Lama-lama jadi belajar menulis yang lebih rapi dan peka sama emosi tokoh,” ujarnya, Selasa (11/11).
Jejak awal fanfiction di Indonesia dapat dilacak sejak awal 2010-an, terutama melalui forum seperti Fanfiction.net Indonesia dan Komunitas IndoWriters. Kini, di era media sosial, karya-karya tersebut mudah ditemukan di berbagai platform dengan genre beragam—mulai dari romansa, fiksi ilmiah, hingga reinterpretasi mitologi Nusantara.
Dari sisi keterampilan, penulis fanfiction ditantang untuk menguasai gaya bertutur yang ringan, ekspresif, dan dekat dengan bahasa keseharian pembacanya. Diksi yang komunikatif dan ritme narasi yang mengalir menjadi kunci agar pembaca tetap merasa “dekat” dengan kisah yang mereka baca.
Fenomena fanfiction memperlihatkan bahwa sastra kini tidak lagi terikat pada ruang akademik. Ia bisa lahir dari ruang-ruang daring, dari hati para penggemar yang ingin “melanjutkan cerita” dengan versi mereka sendiri. Mungkin di situlah esensi sastra modern: tumbuh dari kebersamaan, menghidupkan imajinasi, dan menulis dengan cinta.
