Gaya Komentar Lucu Warga TikTok: Antara Hiburan dan Etika Berbahasa

Sumber: TikTok @.amazingg56

Purwokerto — Fenomena penggunaan bahasa di media sosial kini semakin beragam dan kreatif. Di berbagai platform, terutama TikTok, pengguna saling berinteraksi melalui komentar lucu, sindiran, hingga pernyataan spontan tanpa banyak berpikir. Bagi sebagian orang, gaya komunikasi ini menjadi hiburan tersendiri, sedangkan bagi yang lain, muncul kekhawatiran tentang menurunnya etika berbahasa di ruang digital.

TikTok menjadi salah satu ruang paling ramai tempat munculnya bahasa-bahasa baru di dunia maya. Kolom komentar sering dipenuhi kalimat unik, seperti “Alif ketemu Ba, Alif-nya kaget”, “Bagus, Kak, cuma kurang segalanya”, “Soal kalah, dia menang”, hingga “Awalnya amazing, ending-nya anzing”. Ungkapan-ungkapan ini digunakan untuk menanggapi konten lucu atau mengekspresikan reaksi spontan dengan gaya khas warga TikTok. Lucunya, komentar tersebut sering kali tidak bermakna secara literal, tetapi tetap dipahami oleh komunitas pengguna karena nuansa humor dan konteksnya yang sama.

Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa di dunia digital telah berevolusi menjadi alat ekspresi sosial sekaligus identitas kelompok. Komentar “asbun” atau asal bunyi menjadi bentuk komunikasi cepat dan reaktif di tengah budaya hiburan yang instan. Pengguna menulis komentar tidak untuk berdiskusi serius, melainkan untuk membangun suasana lucu dan akrab. Di sisi lain, kebiasaan ini juga berisiko menimbulkan salah paham karena maknanya yang ambigu dan berpotensi menyinggung pihak lain.

Menurut data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), perilaku berkomentar spontan di media sosial kerap berujung pada kesalahpahaman atau penyebaran ujaran tidak pantas. Komdigi menegaskan pentingnya literasi digital agar masyarakat mampu menggunakan bahasa secara bijak dan tidak menyinggung pihak lain. Sejalan dengan itu, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi terus mengimbau pengguna media sosial untuk berhati-hati dalam menulis komentar, karena setiap kata di ruang digital dapat memengaruhi citra dan hubungan sosial.

Fenomena komentar lucu dan “asbun” warga TikTok memperlihatkan dua sisi dunia digital, di satu sisi sebagai wadah kreativitas dan humor, tetapi di sisi lain menjadi tantangan dalam etika berbahasa. Kebebasan berekspresi di internet perlu diimbangi dengan kesadaran linguistik agar komunikasi tidak kehilangan makna maupun sopan santun. Dengan literasi digital yang baik, masyarakat dapat tetap tertawa bersama tanpa harus saling merendahkan dalam berkomunikasi di ruang maya.

Editor: Aufaa Kaamiliyaa Firdausy

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *