
Banyumas – Calung, musik tradisional Banyumas yang terbuat dari bambu, kini kembali digiatkan melalui berbagai kegiatan latihan di sanggar-sanggar lokal. Program ini tidak hanya mengenalkan bunyi khas calung, tetapi juga membangun wawasan budaya, kemampuan bermusik, dan etika berkesenian.
Kegiatan pembelajaran calung dilakukan untuk melestarikan kesenian khas Banyumas. Dalam proses pembelajaran, peserta memperoleh wawasan tentang sejarah calung, kemampuan memainkan instrumen bambu, serta etika dalam bekerja sama saat pertunjukan.
Program yang diikuti para pelajar dan remaja Banyumas ini dibimbing oleh seniman calung lokal seperti kelompok Laras Madya. Program ini rutin dilaksanakan setiap akhir pekan karena mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan Banyumas.
Pertunjukan calung kerap ditampilkan pada acara adat, festival budaya, dan peringatan hari besar daerah. Kegiatan ini berlangsung di berbagai sanggar seni di Purwokerto, Sokaraja, dan Pusat Kebudayaan Banyumas Lama yang dikenal aktif melestarikan seni tradisional.
Pelatihan dilakukan dengan metode praktik langsung, mulai dari mengenal nada, memegang alat, hingga memainkan lagu-lagu Banyumasan. Para pelatih menekankan pentingnya tata krama, kekompakan, dan sikap saling menghormati selama proses latihan. Pemerintah daerah juga berperan dengan menyediakan fasilitas berupa tempat latihan dan panggung pertunjukan.
Calung merupakan identitas budaya Banyumas yang harus dijaga keberlanjutannya. Melalui pembelajaran calung, peserta tidak hanya memperoleh wawasan mengenai filosofi dan sejarah Banyumasan, tetapi juga mengembangkan keterampilan musikal dalam memainkan nada dan ritme calung. Selain itu, mereka mempelajari etika berkesenian, seperti disiplin, kebersamaan, saling menghargai, dan sopan santun selama proses latihan maupun saat tampil.
Editor: Linta Nisa Rofiqoh
