Bahasa “Aesthetic” dan “Vibes”: Tren Baru Cara Remaja Menjelaskan Perasaan

Purwokerto—Fenomena penggunaan istilah seperti “aesthetic” dan “vibes” kini semakin sering terdengar dalam percakapan remaja Indonesia. Kedua istilah yang berasal dari bahasa Inggris itu sedang menjadi tren baru dalam cara generasi muda mengekspresikan suasana hati, kesan, dan perasaan mereka, terutama di ruang digital.

Tren ini mulai meningkat sejak beberapa tahun terakhir dan terus menguat seiring meningkatnya penggunaan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Pinterest. Di berbagai platform tersebut, remaja kerap menggunakan istilah “aesthetic” untuk menggambarkan sesuatu yang indah secara visual atau memiliki gaya tertentu, sementara “vibes” dipakai untuk menunjukkan perasaan yang sulit dijelaskan secara langsung. Banyak remaja menggunakan istilah tersebut dalam unggahan, komentar, hingga percakapan sehari-hari, sehingga menunjukkan adanya pergeseran cara remaja mengekspresikan emosi melalui media digital yang serba cepat dan kreatif.

Seorang pengamat bahasa dari penelitian jurnal yang dilakukan oleh Hamidah, Rosalina, dan Triyadi menjelaskan bahwa bahasa gaul di TikTok berkembang melalui proses imitasi dan adaptasi yang sangat cepat.Remaja terbiasa mengadopsi istilah yang sedang tren di TikTok. Kata-kata seperti ‘aesthetic’ dan ‘vibes’ digunakan karena dianggap mampu merangkum perasaan secara singkat, tetapi bermakna,” jelasnya dalam penelitian tersebut. Temuan itu menunjukkan bahwa media sosial berperan besar dalam memperluas kosakata dan cara berbahasa generasi muda.

Para peneliti dalam kajian sosiolinguistik tersebut juga menyebutkan bahwa perubahan bahasa remaja dipengaruhi oleh budaya digital global, kebutuhan komunikasi yang ringkas, serta keinginan untuk membangun identitas kelompok. Remaja cenderung memilih istilah kekinian untuk menunjukkan kedekatan dengan komunitas digital dan mengikuti dinamika tren yang berkembang di TikTok.

Penggunaan istilah seperti “aesthetic” dan “vibes” tidak hanya muncul dalam video kreatif, tetapi juga digunakan untuk menilai gaya berpakaian, suasana foto, hingga mengekspresikan mood. Perubahan ini menunjukkan bahwa media sosial bukan hanya tempat berbagi konten, tetapi juga ruang terbentuknya norma bahasa baru.

Meski demikian, sejumlah ahli bahasa yang dikutip dalam jurnal tersebut menilai bahwa fenomena ini merupakan bagian dari dinamika perkembangan bahasa yang wajar. Selama penggunaannya tetap disesuaikan dengan konteks, istilah-istilah digital ini dianggap sebagai bentuk kreativitas linguistik remaja. Perubahan kosakata yang muncul dari TikTok justru menunjukkan bagaimana bahasa terus hidup, bergerak, dan dipengaruhi oleh teknologi.

Dengan semakin meluasnya penggunaan istilah-istilah populer, tren bahasa digital di kalangan remaja diperkirakan akan terus berkembang. Media sosial tampaknya akan tetap menjadi ruang utama lahirnya kosakata baru yang mewarnai komunikasi remaja masa kini.

Editor: Risma Tri Nurhana

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *