Purwokerto—Menjelang penayangan lanjutan film musikal Wicked pada 21 November 2025, antusiasme penonton semakin terlihat di berbagai platform digital dan komunitas penggemar. Film ini menjadi salah satu adaptasi sastra modern yang paling dinantikan, terutama karena kisahnya mengungkap peristiwa sebelum The Wizard of Oz. Fenomena ini menarik perhatian publik yang mengikuti perkembangan budaya populer, termasuk mahasiswa pembelajar jurnalistik yang mempelajari bagaimana sebuah adaptasi dapat menciptakan gelombang diskursus baru.
Antusiasme tersebut berakar dari perilisan bagian pertamanya pada 22 November 2024. Bagian pertama memperkenalkan kembali dua tokoh sentral, yaitu Elphaba dan Glinda, penyihir dari Negeri Oz yang kisah masa lalunya jarang dieksplorasi dalam media lain. Berdasarkan verifikasi dari beberapa sumber produksi film internasional, proyek ini ditangani oleh sutradara Jon M. Chu dan dibintangi Cynthia Erivo, Ariana Grande, Michelle Yeoh, Jonathan Bailey, dan Jeff Goldblum. Kehadiran mereka menjadi daya tarik tambahan yang membuat kelanjutan film ini semakin dinantikan.

Daya tarik wicked juga diperkuat oleh pembangunan dunia visualnya. Proses produksi berlangsung di Sky Studios Elstree, Inggris, dengan set berskala besar dan penggunaan efek praktis, termasuk penanaman jutaan bunga tulip untuk menciptakan lanskap Negeri Oz yang imersif. Teknik rekaman vokal langsung di lokasi syuting turut memberikan kesan autentik, terutama bagi penonton yang mengikuti versi musikal Broadway. Unsur-unsur ini memperlihatkan upaya untuk menghadirkan pengalaman sinematik yang tetap menghargai kekuatan panggung aslinya.
Dari perspektif kebudayaan, Wicked menjadi contoh adaptasi sastra modern yang membuka ruang pemaknaan baru. Tema persahabatan, konflik sosial-politik, serta pertanyaan moral tentang batasan “baik” dan “jahat” kembali menjadi bahan pembahasan publik. Komunitas film dan pembelajar sastra menilai bahwa pembagian cerita menjadi dua bagian memungkinkan eksplorasi karakter dan isu secara lebih mendalam. Adaptasi ini berperan sebagai jembatan yang mempertemukan karya asli, musikal panggung, dan medium sinema dalam satu rangkaian pengalaman budaya.
Antusiasme yang terus meluas ini menunjukkan bahwa budaya populer memiliki kekuatan besar dalam menghidupkan kembali teks sastra bagi generasi baru. Dengan perpaduan visual megah, musik ikonik, dan narasi yang kaya nilai, Wicked diperkirakan akan menjadi salah satu film adaptasi paling berpengaruh menjelang akhir tahun. Fenomena ini menegaskan bahwa karya sastra tidak hanya bertahan melalui buku atau panggung, tetapi juga melalui transformasi kreatif yang mampu menjangkau penonton yang lebih luas.
Editor: Nayagi Abdillah Shinta Utami
