Cerita Lama Menemukan Suara Baru, Kembalinya Sastra Lisan di Era Platform Audio Digital 

Fenomena podcast di Indonesia mengalami peningkatan signifikan sejak 2019, ketika berbagai platform audio, seperti Youtube dan Spotify mulai menonjolkan konten yang beragam dan mudah diakses. Podcast dikenal sebagai media berbentuk rekaman audio yang menyajikan percakapan, monolog, atau penceritaan ulang dengan dapat didengarkan kapan saja dan dimana saja. Jenis topiknya meluas, mencakup komedi, edukasi, isu sosial, kriminal, pengembangan diri, hingga cerita-cerita fiksi. Pendengarnya berasal dari berbagai kelompok usia, tetapi didominasi oleh generasi muda. 

Di tengah perkembangan itu, muncul kembali ketertarikan terhadap sastra lisan. Beberapa kreator podcast mulai menghadirkan cerita rakyat, legenda, kisah horor daerah, dan narasi tradisional yang dikemas dalam format baru yang lebih santai dan disesuaikan dengan gaya hidup kebiasaan masyarakat kini. Cerita-cerita yang sebelumnya hanya dikenal melalui buku pelajaran atau tradisi tutur kini berpindah ke ruang audio modern.

Sejumlah podcaster berperan dalam mengangkat kembali kekayaan cerita Nusantara, seperti kanal CERIA di Noice, Cerita Rakyat Nusantara, MITOS, Indonesian Horror Story, Do You See What I See di Spotify, yang menampilkan narasi fiksi dan folklore. Ada yang menyajikan cerita dengan teknik mendongeng yang khas, sementara lainnya menambahkan musik latar dan efek suara untuk membangun suasana dramatik. Sajian ini membuat pendengar dapat menikmati kembali kisah-kisah lama dengan cara yang lebih segar.

Kehadiran podcast yang sastra lisan membawa beberapa manfaat bagi generasi sekarang. Format audio dinilai membantu pendengar memahami isi cerita tanpa hambatan visual sekaligus menghidupkan kembali imajinasi. Cerita rakyat yang disajikan ulang mampu memperkenalkan nilai moral, sejarah lokal, serta keragaman budaya Indonesia kepada pendengar yang mungkin tidak lagi akrab dengan sastra daerah.

Dengan cara ini, podcast menjadi jembatan antara tradisi lisan dan perkembangan teknologi. Sastra lisan yang sempat memudar kini menemukan ruang baru untuk bertahan di tengah dunia digital yang serba cepat, sekaligus memperkaya literasi budaya bagi publik.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *