
Dalam proses mengidentifikasi kebutuhan siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia, seorang guru menemukan bahwa sebagian peserta didik masih mengalami kendala dalam hal keaktifan di kelas. Temuan ini muncul dari wawancara yang dilakukan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana siswa mengikuti kegiatan belajar dan apa saja hambatan yang mereka rasakan.
Guru yang bersangkutan, menjelaskan bahwa kondisi kelas sebenarnya cukup kondusif, namun masih ada beberapa siswa yang belum berani menunjukkan kemampuan mereka. “Ada siswa yang sebenarnya mampu, tetapi mereka masih takut salah. Akhirnya mereka memilih diam atau hanya mengikuti tanpa berani mencoba,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sebagian siswa juga tampak canggung ketika diminta maju ke depan kelas atau menyampaikan pendapat. “Rasa malu itu cukup menghambat mereka. Padahal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keaktifan sangat dibutuhkan, terutama ketika berdiskusi atau menyampaikan tanggapan,” lanjutnya.
Sikap ragu-ragu dan kurang percaya diri ini berdampak pada jalannya pembelajaran. Ketika siswa tidak berani mengungkapkan gagasan, proses belajar menjadi kurang dinamis. “Kalau siswa aktif, suasana belajar jadi lebih hidup. Tapi kalau mereka pasif, pembelajaran jadi terasa satu arah,” ujarnya.
Dari hasil identifikasi tersebut, terlihat bahwa kebutuhan siswa tidak hanya terletak pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga pada pengembangan sikap belajar mulai dari keberanian, komunikasi, hingga percaya diri. Ipit berharap ada dorongan lanjutan agar siswa semakin berani terlibat. Mudah-mudahan, dengan pembiasaan dan dukungan, mereka bisa lebih aktif. Itu penting untuk perkembangan kemampuan Bahasa Indonesia mereka.
Editor: Jawinia Wulandari
