Di tengah arus digitalisasi yang makin cepat, dunia sastra Indonesia tengah mengalami transformasi besar melalui kemunculan Alternate Universe (AU), sebuah bentuk cerita fiksi berbasis media sosial di platform X yang semakin populer di kalangan generasi muda dan disebut sebagai salah satu sastra digital yang berkembang di era modern.
Dengan memadukan tangkapan layar percakapan, fake chat, unggahan palsu, hingga ilustrasi visual, AU menawarkan pengalaman membaca yang ringan dan mudah diakses. Format ini membuatnya digemari oleh generasi muda yang sudah lekat dengan budaya digital.
Sebuah survei literasi berbasis media sosial menunjukkan bahwa lebih dari 83% masyarakat Indonesia kini lebih banyak membaca melalui gawai, bukan buku cetak. Mayoritas survei juga menyatakan sangat tertarik pada cerita AU karena tampilannya yang kreatif dan tidak membosankan.
Tren ini diperkuat oleh maraknya komunitas AU yang bertebaran di X. Dalam platform tersebut, penulis dapat mempublikasikan cerita secara bebas melalui thread panjang. Pembaca bisa langsung memberikan komentar, membalas unggahan, hingga melakukan quote retweet yang dapat menciptakan ruang interaktif, di mana tidak ditemukan dalam pembacaan novel konvensional.
AU tak hanya menghadirkan cerita fiksi, tetapi juga menjadi ruang emosional baru bagi penggemar budaya pop, termasuk K-pop. Banyak AU yang menggunakan idola sebagai face claim, menghadirkan mereka dalam kehidupan alternatif sebagai mahasiswa, barista, atau tokoh dengan konflik keseharian yang dekat dengan pembaca.
Menariknya lagi, sejumlah karya AU kini menembus industri penerbitan. Beberapa judul yang viral di media sosial telah diterbitkan dalam bentuk fisik dan bahkan diadaptasi menjadi film. Fenomena ini menunjukkan bahwa karya sastra digital memiliki daya tarik pasar yang besar, sekaligus membuka jalan baru bagi penulis muda untuk berkarya dan dikenal luas.
