Banyumas—Bahasa Ngapak Banyumasan kini tengah mengalami kebangkitan di kalangan generasi muda, seiring dengan upaya berbagai komunitas budaya, lembaga pendidikan, dan kelompok seni yang kembali mengaktifkan penggunaan bahasa daerah ini dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia digital. Tren ini menandakan bahwa bahasa Ngapak, yang sebelumnya kerap dianggap kurang bergengsi, kini menjadi simbol identitas lokal yang kuat di kawasan Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, dan sekitarnya.
Popularitas bahasa Ngapak didorong oleh banyaknya konten digital berbahasa Ngapak, pertunjukan seni tradisional seperti calung dan lengger Banyumasan, serta program sekolah yang memasukkan dialek Banyumasan sebagai bagian dari penguatan budaya lokal. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan bahasa ibu mereka juga merefleksikan rasa bangga atas warisan budaya daerah.
Secara historis, bahasa Ngapak dikenal sebagai salah satu varian dari Bahasa Jawa Kuna yang mempertahankan pelafalan vokal asli, terutama vokal “a” yang tidak berubah menjadi “o”. Para ahli bahasa menilai dialek Banyumasan sebagai dialek Jawa paling konservatif, karena perubahan fonologi yang terjadi di Jawa pesisir dan keraton tidak terlalu berpengaruh di wilayah Banyumas.
Meski begitu, bahasa ini mengalami perkembangan. Kota Purwokerto yang berkembang sebagai pusat ekonomi membawa pengaruh kosakata Indonesia modern, bahasa gaul, dan bahasa Jawa standar dalam keseharian. Namun, menurut pengamat budaya, perubahan tersebut justru menandakan bahwa bahasa Ngapak tetap hidup, dinamis, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Selain fungsi komunikasi, bahasa Ngapak juga memiliki nilai sosial yang kuat. Di kalangan keluarga dan masyarakat desa Banyumas, bahasa ini melambangkan keakraban dan kesetaraan. Gaya bahasa yang lugas serta ekspresif mencerminkan karakter terbuka dan humoris masyarakat Banyumasan. Di lingkungan perkotaan, bahasa Ngapak kerap dipakai dalam konteks informal, komunitas seni, sekolah, dan acara budaya.
Dengan meningkatnya upaya pelestarian, masyarakat Banyumas berharap bahasa Ngapak dapat terus digunakan oleh generasi muda dan tidak sekadar dianggap sebagai aksen guyonan di ruang publik, melainkan sebagai simbol identitas budaya yang berharga.
Editor:
